BI Sulteng Dukung Pemasaran Produksi Jagung

KEPALA Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Sulteng, Miyono ingin mencicipi jagung yang telah mendapat Rekor Muri pada Sulteng Expo 2017 di halaman Masjid Agung Darusalam Palu, Minggu (16/4/2017). FOTO: HAFSA

SultengTerkini.Com, PALU– Jagung, bukanlah jenis tanaman yang asing bagi masyarakat Sulawesi Tengah (Sulteng).
Apalagi komoditi ini merupakan tanaman hibrida telah menjadi sumber kesejahteraan masyarakat  petani di daerah ini.
“BI (Bank Indonesia) mensupport komoditi jagung di Sulteng, apalagi sampai melibatkan rekor Muri pada olahan menu di event Sulteng Expo 2017, itu berarti Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng   telah mencanangkan kesungguhannya dalam mengembangkan komoditi ini, mendukung program pemerintah pusat,” ujar Kepala Perwakilan BI Sulteng, Miyono saat mengunjungi stan Dinas Pertanian Sulteng usai Jalan Santai, Minggu (16/4/2017).
Selama ini kata Miyono, petani jagung di Sulteng  sangat intens menggeluti tanaman jagung sebagai sumber kesejahteraan.
Sebaliknya jika setelah panen para petani masih harus berjuang mencari pembeli atau memasarkan produksi jagung sendiri.
Maka dikuatirkan yang akan terjadi adalah kekecewaan dan frustasi.
Padahal komoditi Jagung di Indonesia bukanlah tanaman manja bisa tumbuh dimana saja dan sangat dibutuhkan skala nasional.
Pasalnya tahun 2016, Indonesia masih tetap mengimpor jagung 2,4 ton tiap tahunnya, itu berarti 200 ribu ton per bulannya.
Karena total kebutuhan Jagung nasional adalah 8,6 juta ton sekiar 665 ribu ton per bulan menurut data yang disajikan oleh investor Daily.
“Jangan heran jika petani kita malas mengembangkan jagung. Selain harganya dihargai lebih murah, juga kebanyakan petani menjual hasil produksinya keluar. Ini juga pengawasannya  belum begitu ketat. Jagung Sulteng, tapi dicap jagung provinsi lain. Selain itu dari skala nasional Sulteng penyumbang jagung masih di bawah,” tutur Miyono.
Salah seorang petani, Amran (40) asal Kabupaten Sigi saat ditemui mengatakan sangat membutuhkan pemasaran yang baik.
“Kami sebenarnya tidak terlalu mengharapkan  bantuan bibit atau pengolahan. Melainkan kami membutuhkan ketersediaan pasar yang bisa menampung produksi jagung saat panen raya,” terang Amran.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulteng, Trie Iriany Lamakampali mengatakan, komoditi jagung telah masuk program padi, jagung dan kedelai (Pajala), sehingga Pemprov Sulteng sangat memperhatikan komoditi ini.
Hanya saja katanya, realisasinya belum memenuhi target tanam sebanyak 30.160 ha.
Realisasi masih mencapai 27.193 ha atau 90.16 persen.
Namun jangka tanam Oktober-Maret (Okmar) realisasi komoditi jagung meningkat.
“Adapun pemasoknya meningkatnya komoditi ini yakni dari beberapa kabupaten di Sulteng, antara lain dari Kabupaten Banggai Kepulauan, Donggala, Buol dan Tojo Una-una,” katanya. SAH

Komentar