Si Eddy Picu Hujan Deras di Sulteng

FORECASTER Stasiun Meteorologi Mutiara Palu Ajeng Ratna Praditha saat memaparkan prediksi cuaca di ruang kerjanya, Minggu (11/6/2017). FOTO: FHIQRIYAWAN

SultengTerkini.Com, PALU– Cuaca buruk atau hujan deras yang melanda wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) saat ini ternyata disebabkan oleh adanya fenomena sirkulasi Eddy.

Fenomena Eddy merupakan istilah yang biasa digunakan pada bidang mekanika fluida yang artinya sesuatu yang mengalir.

Dalam mekanika fluida, Eddy terjadi jika aliran terhalang oleh sesuatu, menghasilkan aliran dengan arah berbalik yang nantinya menghasilkan pusaran.

Eddy muncul akibat pengaruh dorongan arus yang terhalang oleh topografi pulau, sehingga terbentuk suatu pusaran besar massa air.

“Berbeda halnya dengan cuaca buruk yang kita rasakan kemarin yang disebabkan oleh MJO (Madden Julian Oscillation),” kata Forecaster Stasiun Meteorologi Mutiara Palu, Ajeng Ratna Praditha saat ditemui SultengTerkini.Com di ruang kerjanya, Minggu (11/6/2017).

Ajeng mengatakan, cuaca kemarin berbeda dengan cuaca yang saat ini terjadi.

“Jadi, ketika ada sirkulasi Eddy tersebut, kemungkinan adanya cuaca buruk atau penambahan curah hujan yang sangat signifikan di wilayah tersebut,” katanya.

Untuk diketahui, Sulteng merupakan daerah tropis yang kecenderungan untuk perubahan cuacanya itu sangat signifikan dan selalu berubah-ubah.

“Misalkan kondisi beberapa hari yang lalu, hujan, kemudian panas lagi, cerah lagi, hujan lagi, seperti itu,” ujarnya.

Ia menambahkan, sejak Minggu pagi hingga menjelang siang hari tadi sebaran awan konvektifnya benar-benar kelihatan untuk seluruh pulau yang ada di wilayah Indonesia.

Sumatera, Jawa sama Papua itu bersih tidak ada sebaran awan. Hanya saja wilayah Sulawesi yang banyak memang bumbungan awan.

Untuk analisanya terdapat dua titik tekanan rendah yaitu di daerah Sulteng, kemudian juga ada di dekat negara Filipina.

“Sedangkan yang berada dekat dengan Filipina akan cenderung menjadi siklon tropis atau tekanan besar untuk yang di Sulteng namanya sirkulasi Eddy,” tuturnya.

Dimana ketika ada sirkulasi Eddy ini, ada yang namanya perlambatan kecepatan masa udara, kemudian juga cenderung ke tekanan rendah, jadinya menyerap masa udara.

“Itukan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Jadi, disini ada penumpukan masa udara yang menyebabkan potensi pertumbuhan awan konvektif yang sangat tinggi dan ketika memang ada sirkulasi eddy ini akan berpotensi menjadi cuaca buruk di wilayah itu,” katanya.

Bumbungan awan tersebut hampir semua berada di Sulawesi hanya pusatnya berada di Sulteng.

Oleh karena itu memang Eddynya benar-benar tepat berada di Sulteng.

Berkembang maksimalnya Eddy katanya, diperkirakan seminggu, namun signifikannya dua sampai tiga hari saja dan kemudian kembali melemah.

“Tadi pagi kuat sekali, cuma kemudian mereda dan tumbuh lagi di Kabupaten Morowali. Memang ini peringatannya untuk wilayah seluruh Sulteng. Sangat signifikan penambahan curah hujannya, kecuali di daerah Salakan sama Luwuk bagian timurnya,” katanya menjelaskan. FIQ

Komentar