Kota Palu Alami Inflasi 0,05 Persen, Ini Penyebabnya…

KEPALA Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah Faizal Anwar (tengah) yang didampingi Kabid Statistik Distribusi Moh Wahyu Yulianto (kanan) dan Kabid Statistik Produksi Irwanto (kiri) saat memberikan keterangan pers di kantornya Jalan Muhammad Yamin Kota Palu, Selasa (1/8/2017). FOTO: ICHAL

SultengTerkini.Com, PALU– Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah (Sulteng) Faizal Anwar mengatakan, selama Juli 2017, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,05 persen yang dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok bahan makanan (2,60 persen), diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,27 persen), sandang (0,12 persen), serta kesehatan (0,07 persen).

Sementara pada periode yang sama, penurunan indeks harga terjadi pada kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan (2,17 persen), pendidikan, rekreasi, dan olah raga (1,76 persen), serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,10 persen).

“Pada bulan yang sama, inflasi year on year (yoy) Kota Palu sebesar 4,87 persen,” kata Faizal Anwar kepada sejumlah jurnalis saat rilis awal bulan di kantornya Jalan Muhammad Yamin, Kota Palu, Selasa (1/8/2017).

Faizal mengatakan, kenaikan indeks yoy tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 8,85 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,27 persen.

Menurutnya, inflasi Kota Palu sebesar 0,05 persen berasal dari andil kelompok pengeluaran bahan makanan (0,552 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,059 persen), sandang (0,006 persen), serta kesehatan (0,003 persen).

Sementara andil negatif berasal dari kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan (0,407 persen), pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,109 persen), serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,024 persen).

Ia menjelaskan, beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi antara lain, bawang merah (0,16 persen), ikan ekor kuning (0,14 persen), tomat buah (0,10 persen), ikan laying (0,08 persen), ikan cakalang (0,05 persen), ikan selar (0,04 persen), ikan kembung (0,04 persen), tomat sayur (0,04 persen), ikan teri (0,02 persen), dan mobil (0,02 persen).

Sedangkan beberapa komoditas yang memiliki andil negatif terhadap inflasi antara lain, tariff angkutan udara (0,36 persen), biaya pendidikan SMA (0,11 persen), bawang putih (0,07 persen), sepeda motor (0,04 persen), ayam hidup (0,04 persen), kendaraan carter (0,03 persen), kangkung (0,02 persen), ikan mujair (0,02 persen), telur ayam ras (0,02 persen), serta terong panjang (0,02 persen).

Faizal Anwar menyebutkan, di tingkat nasional, beberapa kota mengalami inflasi tertinggi selama Juli 2017 yakni Bau-Bau (2,44 persen), Tual (2,29 persen), Makassar (1,05 persen), Gorontalo (1,03 persen), Cirebon (0,94), Pare-Pare (0,91 persen).

Berikutnya Manado (0,86 persen), Ambon (0,86 persen), Ternate (0,80 persen),  Bulukumba (0,75 persen), Serang (0,60 persen), Samarinda (0,60 persen), Pekanbaru (0,58 persen), Sampit (0,57 persen), Cilegon (0,55 persen), serta kota lainnya di bawah 0,55 persen.

Sementara dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tercatat dua kota mengalami deflasi yakni Kota Merauke dan Jayapura masing-masing sebesar 1,05 persen dan 1,13 persen. CAL

Komentar