Kisah Siin Arif, Anak Buruh Cuci di Palu yang Lulus Seleksi Bintara Polri

SIIN Arif (19) bersama ibu kandungnya Nurlaila (41) saat berpose bersama usai sidang penetapan kelulusan akhir Bintara Polri di Aula Torabelo Polda Sulteng, Sabtu (5/8/2017). FOTO: ICHAL

SABTU (5/8/2017) pagi sekira pukul 10.00 Wita di Aula Torabelo Mapolda Sulawesi Tengah suasana hening ketika itu tiba-tiba pecah dengan tangisan suka cita dari sejumlah calon Bintara Polri setelah mendengar namanya tidak disebutkan oleh Sekretaris Panitia Kompol Oki P Ahadian dalam sidang penetapan kelulusan akhir Bintara Polri.

Maklum saja, mereka yang disebutkan namanya satu per satu itu dinyatakan tidak lulus seleksi akhir oleh pihak panitia dan dipersilahkan untuk meninggalkan Aula Torabelo.

Jumlah yang tidak lulus seleksi itu tidak sedikit.

Dari 225 orang calon Bintara yang hadir dalam sidang penetapan, tercatat ada 33 orang calon Bintara yang dinyatakan saat itu tidak lulus seleksi akhir lantaran nilai totalnya rendah.

Sementara yang lulus seleksi akhir dan selanjutnya akan mengikuti pendidikan pembentukan Bintara Polri pada 9 Agustus 2017 itu sebanyak 192 orang.

Dari 192 orang yang dinyatakan lulus seleksi akhir, tersebutlah nama Siin Arif (19).

Siin anak dari keluarga tidak mampu ini merupakan putra dari pasangan Erwin (38) dan Nurlaila (41). Ayahnya sehari-harinya bekerja sebagai sopir antarjemput anak sekolah, sementara ibunya hanyalah buruh cuci pakaian. Siin memiliki dua adik yang masih bersekolah.

Ia mengaku tak menyangka dirinya bisa lulus seleksi masuk polisi.

Padahal dari kecil dirinya sama sekali tidak pernah bercita-cita menjadi abdi Bhayangkara.

“Tidak ada cita-cita jadi polisi. Dari kecil saya hanya mau jadi pemain bola. Tapi saya bahagia dan bangga sekarang bisa menjadi polisi,” begitu kata Siin saat ditanya sejumlah wartawan usai pengumuman kelulusan akhir di Aula Torabelo Mapolda Sulteng, Sabtu.

Namun begitu, ketertarikan masuk polisi mulai timbul ketika menjelang akhir kelulusan SMA.

Dirinya tertarik ingin masuk polisi karena terdorong ingin membantu meringankan beban kedua orang tuanya, apalagi tanggung jawab dirinya sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.

Maka dari itu, begitu lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bina Potensi Palu beberapa bulan lalu tahun 2017 ini, Siin pun mulai mencoba mendaftar di Polda Sulteng.

Tahapan demi tahapan tes mulai diikuti Siin dengan penuh keuletan dan kegigihan.

Hasilnya, ternyata Siin bisa lulus tes akhir seleksi penerimaan Bintara Polri di Polda Sulteng.

Kini ia sudah lulus seleksi akhir Bintara dan dalam waktu beberapa hari lagi akan mulai mengikuti pendidikan di SPN Labuan Panimba selama tujuh bulan.

“Saya senang bisa lulus, in shaa Allah bisa membahagiakan orang tua,” katanya.

Setelah pendidikan nanti, Siin bertekad menjadi polisi yang jujur dan baik, serta setia melayani masyarakat.

Sementara itu, Nurlaila, ibu kandung Siin juga mengaku kaget begitu putranya dinyatakan lulus masuk polisi.

Nurlaila menegaskan tidak pernah mengintervensi ataupun mengintimidasi apa yang dicita-citakan Siin, termasuk tatkala ingin menjadi polisi.

“Apapun yang dicita-citakan anak saya, sebagai orang tua saya hanya mendukung,” katanya.

Ia pun menepis anggapan segelintir orang bahwa jika masuk polisi itu harus membutuhkan biaya yang ekstra, apalagi sampai menyogok untuk bisa anaknya lulus seleksi.

“Alhamdulillah tidak ada itu (biaya besar),” kata Nurlaila.

Nurlaila bercerita bahwa dirinya berasal dari Kabupaten Poso tepatnya di Jalan Pulau Seram dan termasuk orang yang mengungsi saat kerusuhan Poso tahun 2000 silam.

Siin sendiri sebelum lulus di SMA Bina Potensi, juga pernah mengenyam pendidikan di SMA 3 Poso.

Bersama suami dan anaknya, Nurlaila kemudian berhijrah ke Kota Palu dengan modal seadanya.

Mereka pun kemudian akhirnya tinggal di sebuah gubuk kecil di kawasan Jalan Purnawirawan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu.

Sejak lima tahun terakhir, Nurlaila mengaku bekerja sebagai buruh cuci dengan pendapatan rata-rata sebulan hanya Rp350 ribu.

Sementara penghasilan sang suami juga tidak menentu, rata-rata sebulan kurang dari Rp1 juta.

Meski begitu, Siin tanpa lelah ikut membantu kedua orang tuanya mengais rezeki buat menghidupi kebutuhannya.

Nurlaila pun kini berharap dan mendoakan agar anaknya tetap diberikan kesehatan dan kemudahan oleh Allah SWT dalam menjalankan pendidikan selama tujuh bulan di SPN Labuan Panimba.

“Saya berharap Siin bisa menjadi polisi yang baik, berguna bagi masyarakat dan memberantas narkoba di daerah ini yang makin hari makin memprihatinkan,” pungkas Nurlaila. ICHAL

Komentar