SultengTerkini.Com, PALU– Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami deflasi pada Februari 2018 dan menempati urutan ketiga di kawasan timur setelah Gorontalo dan Manokwari dengan angka 0,31 persen.
Adapun pemicu terjadinya deflasi dipengaruhi turunnya harga indeks kelompok bahan makanan (2,92) persen.
Sedangkan kenaikan indeks harga dipengaruhi kelompok kesehatan, kelompok air, perumahan, listrik, gas dan bahan bakar (0,50) persen, pendidikan, rekreasi, olahraga (0,46) persen.
Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng saat merilis data perekonomian Sulteng di Aula BPS Sulteng Jalan Muhammad Yamin, Palu, Kamis (1/3/2018).
“Secara umum, seluruh kelompok pengeluaran masyarakat Kota Palu memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,31persen, kecuali kelompok pangan mengalami penurunan,” ujar Faizal Anwar.
Beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap deflasi antara lain, tarif angkutan udara, tarif listrik, pendidikan, kesehatan.
Meskipun secara umum terjadi deflasi selama Februari 2018, namun beberapa komoditas juga mengalami kenaikan indeks harga, sehingga memiliki andil terhadap potensi terjadinya inflasi.
Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran kelompok bahan makanan sebesar 2,92 persen, kesehatan 0,50 persen, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,46 persen, serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,46persen.
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) dalam Februari 2018 tercatat 15 kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi yakni Manokwari, Gorontalo dan Kota Palu.
Sementara di tingkat nasional sebanyak 55 kota mengalami inflasi dan inflasi tertinggi skala nasional berada di Kota Jayapura sebesar 1,05 persen. SAH
Komentar