SultengTerkini.Com, PALU– Indonesian Institut for Society Empowerment (Insep) menggelar workshop bertema “Melawan Narasi Radikal, Memperkuat Kapasitas Khatib dan Pengurus Masjid” di salah hotel Jalan Sisingamangaraja Palu, Rabu (7/3/2018) sore.
Kegiatan workshop yang baru pertama kalinya digelar INSEP itu bertujuan untuk memperkuat kapasitas takmir masjid dan khatib serta mendorong agar masjid menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kegiatan Insep yang berlangsung dari 7-8 Maret 2018 itu menggandeng para pembicara dari Kementerian Agama, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Kepolisian, serta dihadiri oleh para pihak yang konsen pada ekstrimis kekerasan.
Kegiatan tersebut dihadiri Irjen Pol (Purn) Mohammad Safei (Direktur Eksekutif Insep), AKBP Suliono (Wakil Direktur Intelkam Polda Sulteng) mewakili Kapolda Sulteng Brigjen Polisi I Ketut Argawa, Habib Hasan Idrus Al Habsyie (Front Pembela Islam Sulteng), tokoh agama, imam masjid, khatib, dan cendekiawan yang berjumlah 25 orang.
Sementara itu, dalam materinya, Wakil Direktur Intelkam Polda Sulteng AKBP Suliono mengatakan, radikalisme muncul akibat beberapa faktor diantaranya pertama politik, dimana era reformasi menimbulkan dampak kebebasan tanpa batas.
Kemudian kedua ekonomi, dimana akibat ekonomi lemah yang memicu tindakan kriminal mengarah ke radikal.
Dan faktor ketiga adalah budaya, dimana tingginya budaya egois atau cuek terhadap perkembangan dilingkungan memudahkan gerakan radikal berkembang.
“Pola rekrutmen radikalisme dilakukan melalui media sosial, taklim, dan pernikahan,” kata Suliono yang juga mantan Kapolres Banggai Kepulauan itu.
Menurutnya, deteksi dini gerakan radikal itu yakni dengan mengenali perubahan dan kontrol sosial.
Ia mengatakan, sosialisasi Islam moderat sebagai rahmatan lil alamin, toleransi, dan terbuka dengan pandangan lain.
Dalam kesempatan itu, para peserta workshop juga memberikan pernyataan bersama mendukung Polda Sulteng dalam penegakan hukum terhadap berita-berita hoax serta menolak adanya berita-berita hoax. CAL
Komentar