Bersyukur Kapolres Banggai Dicopot, Korban Penggusuran Lahan Tanjung Luwuk Minta Usut Semua Pihak yang Terlibat

WhatsApp Image 2018-03-26 at 22.51.14
PERWAKILAN pengungsi penggusuran lahan Tanjung Sari, Kecamatan Luwuk foto bersama dengan pengurus Himpunan Mahasiswa Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Senin (26/3/2018). FOTO: STEVEN PONTOH

SultengTerkini.Com, LUWUK– Pencopotan AKBP Heru Pramukarno dari jabatan Kapolres Banggai disyukuri warga terdampak eksekusi lahan di Tanjung Sari, Kelurahan Karaton, Kecamatan Luwuk, Sulawesi Tengah.

“Kami bersyukur, walau itu belum menyelesaikan masalah. Tapi setidaknya ada sikap tegas dari pak Kapolri. Itu juga menandakan perhatian Kapolri bahwa ada sikap arogan anggotanya,” tutur Tamrin Dg Matorang, salah satu pengungsi di Masjid Al Jihad, Kompleks Pelabuhan Luwuk kepada SultengTerkini.Com, Senin (26/3/2018).

Meski begitu, Tamrin belum bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap Bupati Banggai Herwin Yatim.

Dimana pada salah satu siaran berita TV nasional, Bupati Herwin mengatakan tidak ada kekerasan dalam proses eksekusi tahap dua di Tanjung Sari.

“Padahal ada beberapa korban yang dirawat di RS, istri saya salah satunya. Sangat miris ketika bupati mengatakan itu,” tegas Tamrin.

Yang kedua, kata Tamrin, pernyataan bupati bahwa zikir dilakukan sejak Subuh, itu bohong. Karena zikir itu baru dilakukan ibu-ibu sekitar pukul 08.00 Wita.

Menurut Tamrin, saat ini warga tidak ingin menerima bantuan dari Bupati Banggai Herwin Yatim. Sebab, bantuan utama yang mereka butuhkan adalah penyelesaian persoalan lahan.

“Itu harusnya yang diperjuangkan pemerintah daerah. Tapi selama ini tidak ada sama sekali. Yang dia (bupati,red) selamatkan hanya aset pemda. Rakyat diabaikan,” keluhnya.

Ia juga mengaku prihatin melihat sejumlah balita yang harus hidup di tenda pengungsian.

“Miris juga lihat anak-anak yang seharusnya dapat tempat istirahat yang wajar. Rasa kami saat ini adalah trauma dan kami merasa tertekan dengan kondisi ini. Kami berharap ungkapan wakapolri terkait siap mempidanakan pejabat pemda yang mengabaikan masyarakat benar adanya,” ungkap pria berusia 32 tahun itu.

Tak hanya Tamrin, ibu-ibu yang ada di tenda pengungsian juga mengungkapkan hal serupa.

Mereka meminta pihak Polri benar-benar mengusut semua pihak yang terlibat penggusuran.

“Semua harus diproses, karena dorang (mereka) sudah bikin jahat kitorang (kami),” ungkap ibu berhijab dan diamini pengungsi lainnya.

Mereka mengungkapkan beberapa kekesalannya atas janji manis Bupati Banggai saat kampanye dahulu, hingga hampir 100 persen warga Tanjung memenangkan Herwin Yatim pada pilkada kemarin.

“Saya kira bupati melindungi, tapi faktanya berbeda. Waktu kampanye bagus semua dia janji. Tapi ternyata dia bikin menangis. Dia juga janji waktu eksekusi pertama bahwa yang punya sertifikat tidak akan digusur, tapi ternyata digaruk lagi dengan bego. Dia pernah bicara kalau Tanjung digusur, maka dia pasang badan tapi faktanya tidak ada,” kata ibu lainnya. STE

Komentar