SultengTerkini.Com, JAKARTA– Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) Slamet Ma’arif menyatakan pihaknya akan mendukung capres 2019 setelah mendapat rekomendasi dari Habib Rizieq Syihab. Slamet mengatakan saat ini kelompoknya belum memberi dukungan kepada kubu mana pun.
“Calon pemimpin nasional insyaallah akan kita bahas di bulan Mei besok. Nanti akan mengerucut ke beberapa nama yang akan di-sounding-kan kepada imam besar kita. Nanti siapa yang direkomendasikan oleh Habib Rizieq itu pasti kita dukung,” kata Slamet di restoran Larazetta, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (25/4/2018).
Ia mengatakan hingga saat ini pihaknya belum memberikan dukungan kepada kubu mana pun. Pihaknya masih mencari kriteria pemimpin nasional yang akan didukung.
“Jadi kalau sampai kita belum mendukung siapa pun karena kriteria pemimpin nasional belum kita bikin,” ucapnya.
Slamet menyebut segala kemungkinan dukungan terhadap pihak mana pun masih sangat dinamis. Keputusan dukungan tersebut akan diputuskan pada awal Mei.
“Semua masih terbuka. Kemungkinan semuanya yang penting pas tidak dengan kriteria itu. Kalau kita dari pengurus pasti akan sami’na wa ato’na siapa yang dikatakan ulama tadi,” sambung Slamet.
Pada Rakornas PA 212 itu akan dibahas kriteria pemimpin nasional. Ia mengatakan rakornas itu akan diikuti ulama 212.
7 POIN PERTEMUAN DENGAN JOKOWI
Sementara itu, Tim 11 Persaudaraan Alumni (PA) 212 menggelar konferensi pers terkait pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Mereka mengungkap isi pertemuan.
Konferensi pers digelar di Restoran Larazetta, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (25/4/2018). Hadir Ketua Tim 11 Alumni 212 Misbahul Anam, Ketua PA 212 Slamet Maarif, Sekretaris Tim 11 Muhammad al-Khaththath, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Muhammad Martak, Abdul Rasyid AS, Muhammad Husni Thamrin, dan Muhammad Nur Sukma.
Ada 7 poin yang disampaikan Misbahul Anam dalam konferensi pers tersebut. Berikut tujuh poin tersebut:
- Pertemuan tersebut adalah pertemuan yang bersifat tertutup dan tidak dipublikasikan, dan tidak ada wartawan Istana yang menyaksikan.
2. Pertemuan tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi akurat terkait dengan kasus-kasus kriminalisasi para ulama dan aktivis 212.
3. Pertemuan tersebut diharapkan agar Presiden mengambil kebijakan menghentikan kriminalisasi ulama dan aktivis 212 dan mengembalikan hak-hak para ulama dan aktivis 212 korban kriminalisasi sebagai warga negara.
4. Para ulama dari Tim 11 yang hadir telah menyampaikan berbagai harapan dan penjelasan terkait masalah kriminalisasi ulama dan aktivis 212, secara lugas dan apa adanya, walaupun tetap dengan acara yang santun sebagai tugas amar makruf nahi mungkar kepada Presiden, bahkan termasuk dalam kategori yang disebut dalam hadis Nabi SAW:
“Ketahuilah, jihad yang paling utama adalah mengatakan kata-kata yang benar yang di depan penguasa yang jair.” (Musnad Ahmad Juz 17/228)
5. Menyesalkan bocornya foto dan berita tersebut yang ditengarai adanya pihak ketiga yang ingin mengadu domba antara Presiden dan ulama serta umat Islam.
6. Meminta Istana mengusut tuntas bocornya foto dan berita tersebut sebagai kelalaian aparat Istana yang tidak menjaga rahasia Negara.
7. Para ulama dan aktivis 212 yang bertemu dengan Presiden tetap istiqomah dalam perjuangan membela kebenaran dan keadilan, serta melaksanakan amar makruf nahi mungkar, dan tetap mendesak Presiden untuk segera menghentikan kebijakan kriminalisasi terhadap ulama dan aktivis 212.
Sebelumnya, pertemuan Jokowi dengan PA 212 terungkap dari sebuah foto yang diterima detikcom, Selasa (24/4). Jokowi terlihat berada di salah satu ruangan masjid.
Di foto tersebut, Jokowi memakai kemeja lengan panjang berwarna putih, celana panjang, dan peci warna hitam. Pin presiden tersemat di bagian dada kiri kemeja putihnya.
(sumber: detik.com)
Komentar