Asal Muasal Banyaknya Tenaga Kerja Cina di Morowali

cina
FOTO: MINDRA PURNOMO/INFOGRAFIS

SultengTerkini.Com, MOROWALI– Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) belakangan disebut-sebut menjadi sarang puluhan ribu bahkan ada yang bilang sampai ratusan ribu tenaga kerja asing (TKA) dari Cina. Namun hal itu ditepis perusahaan dengan mengeluarkan data bahwa jumlah TKA Cina saat ini hanya 3.121 orang.
Meski begitu, tetap saja kawasan IMIP ini mempekerjakan TKA Cina. Lalu bagaimana bisa?

CEO IMIP Alexander Barus menerangkan, pengembangan kawasan ini mulanya merupakan tambang nikel seluas 47 ribu hektar yang dikembangkan oleh PT Sulawesi Mining Investment (SMI).

Perusahaan itu didirikan oleh Shanghai Decent Investment (Group) Co., Ltd yang bekerja sama dengan PT Bintang Delapan Investama.

Lalu pada 2013 SMI berencana membangun pabrik pemurnian (smeleter) nikel. Sebab pada 2009 pemerintah memberlakukan kewajiban pembangunan smelter di 2014, jika tidak maka dilarang untuk ekspor bahan mentah.

“Nah sayangnya di Indonesia belum pernah ada yang bangun smelter. Bagaimana bisa bangun, lihay barangnya saja enggak pernah. Akhirnya kita kirim 14 orang dulu ke Cina untuk training tahap awal,” kata Alex di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, Senin malam (6/8/2018).

Akhirnya Alex meminta investor Cina untuk membangun smelter dengan produk tahap awal hilirisasi, yakni Nickle Pig Iron (NIP) atau feronikel. Proyek itu menggunakan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang telah digunakan oleh pihak investor Tiongkok yaitu Tsingshan Steel Group.

Alhasil, smelter pertama yang didirikan oleh SMI menggunakan kontraktor Cina berikut juga dengan pekerjanya. Lantaran teknologi yang belum dipahami, maka beberapa operator dan teknisi juga diisi oleh TKA Cina.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik SMI juga membangun PLTU dengan kapasitas 2×65 MW. Mesin dari PLTU itu juga dibeli dari Cina dengan alasan harga yang lebih murah. Saat pemasangan pun dilakulan juga oleh TKA Cina. Total investasinya saat itu mencapai US$ 637 juta.

“Memang kalau untuk PLTU itu kita enggak perlu bergantung ke Cina, karena kita sudah berpengalaman. Tapi gini kalau kita beli AC yang pasang siapa? Ya yang jual kan,” terang Alex.

Lalu pada 3 Oktober 2013 juga dilakukan penandatanganan MoU antara Presiden Cina Xi Jinping dengan pemerintah Indonesia tentang pembangunan industri hilir di Morowali. Ketika pembangunan smelter SMI berhasil, bahyak investor Cina yang tertarik untuk masuk ke kawasan itu.

Saat ini di kawasan IMIP ada sebanyak 16 perusahaan. Mereka terdiri dari perusahaan-perusahaan hilirisasi NPI, hingga anak perusahaan IMIP yang bergerak dalam bidang pengelolaan pelabuhan hingga jasa keamanan.

Dari 16 perusahaan itu total TKA di IMIP mencapai 3.121 orang. Paling banyak perusahaan yang memakai TKA Cina adalah PT Indonesia Guang Ching Nickel & Stainless Steel Industry sebanyak 833 orang. Lalu ada PT Sulawesi Mining Investment (SMI) sebanyak 597 orang dan PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel sebanyak 556 orang.

TKA Cina itu juga sebenarnya terdiri dari 2 jenis, yakni TKA yang bekerja sebagai kontraktor dan yang bekerja dalam bidang operasional. Pihaknya menjadi untuk TKA kontraktor akan kembali ke negaranya ketika pekerjaan sudah selesai.

Meski begitu IMIP berkomitmen untuk mengurangi jumlah TKA di kawasannya. Perusahaan meyakini jauh lebih efisien menggunakan TKI dibanding TKA.

“Jadi kami tidak perlu bayar tunjangan kejauhan, kemudian kita juga tidak harus menyediakan fasilitas yang orang asing butuhkan,” tambah Alex.

IMIP sendiri saat ini masih membuka perekrutan karyawan. Bahkan setiap harinya ada sekitar 500 orang yang melakukan interview.

Saat ini total pekerja lokal di kawasan industri Morowali sudah mencapai 25.447 orang. Angka itu dipastikan akan terus bertambah. Tujuannya untuk menyerap kemampuan dari TKA Cina sehingga perusahaan tak lagi ketergantungan.

“Saya perkirakan bersama dengan direksi sampai akhir tahun bisa 30 ribu orang,” tuturnya.

(sumber: detik.com)

Komentar