Harga Semen di Palu Tembus Rp 80 Ribu/Sak

semen
ILUSTRASI

SultengTerkini.Com, PALU– Harga semen di Kota Palu, Sulawesi Tengah menembus angka Rp 80 ribu per sak. Harga yang meroket itu terjadi sejak tiga hari terakhir akibat menghilangnya semen dari pasaran di Kota Palu.

“Ada semen baru masuk, harganya Rp 80 ribu per sak,” kata seorang pemilik toko bangunan di seputaran Masjid Agung, Kecamatan Palu Barat yang ditemui media ini, Rabu (14/11/2018).

Ia mengaku harga semen mahal karena masalah biaya transportasi jalur darat menggunakan truk dari Sulawesi Selatan.

“Harganya mahal karena kita ambil juga mahal,” katanya yang mengaku dijatahi 100 sak dari pihak penyalur.

Semen seharga Rp 80 ribu itu khusus untuk merek Semen Tonasa. Sementara merek lainnya hingga kini belum ditemui di pasaran.

Naiknya harga semen membuat sejumlah warga Palu mengeluh.

“Bagaimana kita tidak mengeluh kalau harga semen yang tadinya hanya Rp 65 ribu tiba-tiba naik sampai Rp 80 ribu per sak,” kata Imam, seorang warga asal Kecamatan Mantikulore yang ditemui media ini.

Ia menduga ada pihak atau oknum tidak bertanggung jawab yang menimbun semen hingga terjadi kelangkaan dan harganya meroket.

“Katanya Palu Bangkit tapi kok semennya langka, terus harganya mahal, bagaimana kami bisa memperbaiki kembali rumah yang rusak kalau keadaan seperti ini tidak segera diatasi. Jadi tolong aparat turun tangan menyelidiki masalah ini,” pungkas Imam.

Sebelumnya diberitakan, bahan utama bangunan yakni semen sejak tiga hari terakhir kosong alias menghilang dari pasaran di Kota Palu.

Dari hasil penelusuran SultengTerkini.Com, sejumlah toko bahan bangunan di Palu yang dicek seperti sepanjang Jalan Wolter Monginsidi, Emi Saelan, Suprapto, Tombolotutu hingga ke Jalan RE Martadinata Kelurahan Tondo tak ditemukan semen dijual di tempat tersebut.

“Lagi kosong semen,” kata pemilik sebuah toko bahan bangunan di Jalan RE Martadinata Kelurahan Tondo yang ditemui media ini, Senin (12/11/2018).

Beberapa pemilik toko bangunan lainnya yang ditanya tentang kosongnya semen juga mengaku tidak mengetahui apa penyebabnya. Padahal, permintaan saat ini cukup tinggi.

Sebab kebutuhan utama material bangunan ini tidak hanya dimanfaatkan untuk masyarakat biasa saja, namun juga proyek pemerintah daerah pascagempa, likuefaksi, dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Sigi serta Kabupaten Donggala pada 28 September 2018.

Mereka juga mengaku tidak mengetahui sampai kapan kondisi seperti ini akan berlangsung. Namun sejumlah pemilik usaha bahan bangunan itu mengaku semen kosong karena faktor gudang tempat penyimpanan semen di Palu hancur disapu tsunami.

Sejumlah warga yang ditemui pun mulai mengeluhkan dan bahkan resah dengan kondisi menghilangnya semen dari pasaran.

Sebab menurut warga, akibat kosongnya semen membuat pekerja terganggu, karena tidak bisa menyelesaikan bangunannya.

Ia berharap pemerintah dan aparat berwajib turun tangan, tidak tinggal diam dalam mengatasi persoalan tersebut.

“Ini pasti ada apa-apanya sampai semen menghilang dari pasaran. Tolong ini segera ditindaklanjuti, jangan ada pihak yang mengeruk keuntungan pascabencana,” kata Rusdi, seorang warga saat ditemui di sebuah toko bahan bangunan Jalan RE Martadinata Kelurahan Tondo.

Kondisi menghilangnya semen tersebut terjadi untuk semua merek yang selama ini dijual di Kota Palu mulai dari Tiga Roda, Conch, Bosowa hingga Semen Tonasa. HAL

Komentar