Keindahan Flora dan Fauna Endemik Sulawesi Tengah

WhatsApp Image 2019-06-26 at 09.30.23(1)
Chrismelan J Pesoa

INDONESIA merupakan salah satu negara didunia yang memiliki kekayaan alam yang begitu banyak. Dari Sabang sampai Merauke, diperkirakan memiliki puluhan ribu jenis flora dan fauna yang hidup.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa jenis flora dan fauna ini akan dapat terus bertahan hidup dengan keadaan Indonesia sekarang yang dimana sering terjadi pemburuan liar.

Bahkan pembongkaran hutan untuk lahan pertanian sendiri, sehingga perlu dilakukannya konservasi terhadap flora dan fauna tersebut.

OLEH: CHRISMELAN J PESOA*)

Konservasi sendiri merupakan suatu upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam.

Bahkan penggunaan sumberdaya alam yang efisien sehingga selain berfungsi untuk kebutuhan hidup namun tidak begitu merusak lingkungan yang ada. Salah satu daerah di Indonesia yang menjadi sorotan adalah flora dan fauna endemik yang berada di Sulawesi Tengah yaitu Burung Maleo dan pohon Eboni atau yang sering dikenal dengan kayu hitam.

Burung Maleo (Macrocephalon Maleo) merupakan satwa endemik dari Sulawesi Tengah yang hanya terdapat di daerah Sulawesi dan ditetapkan sebagai maskot dari Sulawesi Tengah.

Hal unik yang ada dari Maleo sendiri adalah dimana saat baru menetas anak dari burung Maleo ini sendiri dapat terbang.

Memiliki ciri-ciri dengan bulu berwarna hitam, kulit di sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu paruh berwarna jingga, bahkan memiliki seperti tanduk bagian atas kepala berwarna hitam.

Biasanya Maleo bersarang di daerah pasir terbuka atau sekitar pantai, gunung berapi dan daerah-daerah yang panas, untuk membantu mengerami telur dari burung Maleo.

Setelah menetas anak dari burung Maleo ini akan mencari jalan keluar dari dalam tanah dan akan dapat langsung terbang karena memiliki nutrisi lima kali lipat dari telur biasanya yang dapat membuat bulu sayap pada Maleo seperti unggas dewasa, bahkan harus mencari makan sendiri dan harus menghindar dari predator.

Dalam status IUCN 2019 termasuk dalam status Endangered yang mengkategorikan spesies ini beresiko tinggi untuk punah.

Hal ini dapat disebabkan karena habitat tempat tinggal Maleo untuk mencari makanan mulai berkurang karena banyaknya penebangan hutan sembarangan.

Bahkan pemburuan liar untuk telur Maleo, menyebabkan kematian anak burung Maleo semakin tinggi.

Jika terus terjadi tanpa adanya perhatian dapat menyebabkan salah satu maskot yang berasal dari Sulawesi ini hanya tinggal nama, sehingga diharapkan dilakukannya konservasi terhadap satwa tersebut, contoh dnegan membuat kawasan hutan lindung untuk perkembangbiakan burung maleo tersebut, dan dipantau secara intensif agar tidak adanya pemburuan liar, sehingga diperlukannya peran pemerintah bukan hanya itu partisipasi dari masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk dapat menjaga kelangsungan hidup dari satwa endemik dari Sulawesi Tengah ini sendiri.

Selain burung Maleo salah satu maskot yang berasal dari Sulawesi Tengah adalah pohon Eboni atau masyarakat Sulawesi Tengah lebih mengenalnya dengan sebutan kayu hitam dengan nama ilmiah Dyospyros Celebica.

Pohon Eboni sendiri dapat menghasilkan kayu yang sangat berkualitas tinggi. Seperti namanya warna dari kayu ini berwarna coklat gelap dengan belang-belang hitam, memiliki masa jenis yang lebih berat dari air, sehingga tidak dapat mengapung.

Jenis pohon ini dapat ditemui pada daerah yang memiliki pasir, atau tanah berbatu dan memiliki drainase yang baik dengan ketinggian tempat tinggal yaitu 600 meter di atas permukaan laut.

Kayu ini sering diekspor keluar negeri, terutama Jepang, Eropa dan Amerika Serikat, yang sering digunakan untuk bahan bangunan dan kerajinan tangan lainnya yang menjadi nilai plus dari pohon ini.

Namun karena hal itu dalam situs IUCN ditetapkan dengan status Vulnerable yaitu rentan terhadap kepunahan.

Jika hal ini terus terjadi dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pohon ini dapat punah.

Karena perkembangan populasi dari pohon eboni ini sangat lambat, sehingga perlu dilakukannya konservasi in-situ.

Pada kawasan luar dari konservasi memerlukan pengelolaan yang baik dari pemerintah.

Bahkan masyarakat agar tidak terjadinya penebangan liar terhadap kayu tersebut, sehingga keragaman jenis dari kayu ini dapat dipertahankan dan pada kawasan konservasi dapat berfungsi sebagai laboratoriun alam atau untuk penelitian tentang bagaimana cara untuk mendapatkan hasil dan metode pelestarian yang cepat.

Penelitian ini hendaknya meliputi aspek morfologi, ekologi, taksonomi bahkan sampai aspek yang sangat penting untuk pelestarian pohon Eboni tersebut.

Diharapkan dari hal ini, peran pemerintah dan masyarakat Sulawesi Tengah terus merawat flora dan fauna endemik di wilayah sendiri agar dapat menjadi kebanggaan tersendiri buat pulau Sulawesi Tengah.

Keindahan flora dan fauna yang berada di Sulawesi juga terus terjaga sampai anak cucu kita kelak bukan hanya menjadi nama saja sebagai satwa endemik dan menjadi maskot dari Sulawesi Tengah.

Maka dari itu ayo bersama-sama melakukan konservasi dan menghentikan pemburuan liar, perusakan hutan untuk alasan sepihak.

Karena kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi!, sehingga kelak spesies yang berada di Sulawesi Tengah terus ada. ***

*) Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

 

Komentar