Angka Pernikahan Dini di Sulteng Capai 15,8 Persen

WhatsApp Image 2019-08-06 at 16.06.10
STAF Ahli Bidang Sumber Daya Manusia, Pengembangan Kawasan dan Wilayah Sekretariat Daerah Sulteng, Ikhwan membuka Workshop Diskusi Lintas Agama Pencegahan Perkawinan Usia Anak Pascabencana di Gedung Pogombo Kantor Gubernur Sulteng, Selasa (6/8/2019). FOTO: MOHAMMAD

SultengTerkini.Com, PALU– Pernikahan dini Kota Palu di Sulawesi Tengah (Sulteng) terus terjadi seiring masa pemulihan pascabencana 28 September 2018 berlangsung.

Salah satu penyebab pernikahan dini, ialah kurangnya pemahaman dan didikan keluarga kepada anak-anaknya, terutama peran ibu dalam lingkungan keluarga.

Melihat kondisi itu, Gubernur Sulteng yang diwakili Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Pengembangan Kawasan dan Wilayah Sekretariat Daerah Sulteng, Ikhwan meminta kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) yang konsen pada perempuan dan anak untuk memberikan pemahaman soal pernikahan dini.

“Pemahaman itu diberikan kepada ibu sebagai orang yang berperan dalam masa tumbuh kembang anak,” pintanya saat membuka Workshop Diskusi Lintas Agama Pencegahan Perkawinan Usia Anak Pascabencana, di Gedung Pogombo Kantor Gubernur Sulteng, Selasa (6/8/2019).

Menanggapi permintaan itu, General Manager Wahana Visi Indonesia Zona Sulawesi-Maluku, Radika Pinto menyampaikan anak-anak perempuan paling rentang terhadap situasi pascabencana, salah satunya pernikahan dini.

“Anak-anak perempuan paling rentang hadapi situasi pascabencana,” katanya.

Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2018, mengindikasikan prevalensi pernikahan dini di Sulteng mencapai 15,8 persen, yang mana lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 11,2 persen.

Melihat data itu, Radika menilai menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, pascabencana pernikahan dini mulai meningkat lagi.

“Pada tahun 2018 itu, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya memang ada penurunan, tapi setelah bencana, justru pernikahan dini semakin marak,” jelasnya. MAD

Komentar