Triwulan II Melambat, BI Optimis Pertumbuhan Ekonomi Sulteng 7 Persen

WhatsApp Image 2019-08-14 at 18.17.04
KEPALA Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah, M Abdul Madjid Ikram (pakai kemeja putih) didampingi Manajer Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan BI Sulteng, Rivo Mandey saat jumpa pers, Rabu (14/8/2019). FOTO: AGUS PANCA SAPUTRA

SultengTerkini.Com, PALU– Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada triwulan II tahun 2019 tercatat sebesar 6,62 persen atau melambat 0,36 persen dibanding triwulan I sebesar 6,98 persen.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) optimis pertumbuhan ekonomi Sulteng mampu menembus angka 7 persen tahun ini.

Kepala Perwakilan BI Sulteng, M Abdul Madjid Ikram mengatakan, optimisme ini didorong oleh membaiknya tren investasi perumahan pascabencana serta adanya rencana perusahaan Jepang yang akan membangun smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu.

“Ada developer yang siap bangun rumah 1.400 unit dan ada pula perusahaan Jepang yang akan berinvestasi di KEK. Ini bisa kita jadikan patokan bahwa iklim investasi di daerah ini semakin membaik pascabencana,” jelas Abdul Madjid didampingi Manajer Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan BI Sulteng, Rivo Mandey, Rabu (14/8/2019).

Selain itu, sambung Madjid, geliat ekonomi di sektor industri, baik di Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai terus mengalami peningkatan.

Perusahaan nikel di Morowali bahkan menargetkan penambahan karyawan hingga 30 ribuan orang tahun ini.

“Awalnya pertumbuhan ekonomi kita agak melambat karena investor masih wait and see dengan hasil pemilu. Investor cenderung masih menahan dananya sambil melihat perkembangan situasi politik dan keamanan di daerah ini. Tapi alhamdulillah, pemilu telah selesai dan berlangsung lancar, sehingga investor tidak ragu lagi mengeluarkan dananya,” jelas mantan Kepala Perwakilan BI Cirebon tersebut.

Hal lain yang bisa menjadi dasar membaiknya pertumbuhan ekonomi Sulteng tahun ini adalah menurunnya inflasi pada Juli 2019.

Inflasi Juli tercatat sebesar 4,40 persen atau menurun dibanding inflasi Juni 2019 yang tercatat sebesar 5,32 persen.

“Penurunan harga tiket pesawat dan mulai stabilnya permintaan cabai rawit dan daging ayam pascalebaran membuat inflasi kita menurun,” ujarnya.

Menurut Abdul Madjid, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,62 persen pada triwulan II dan 6,98 persen pada triwulan I tahun 2019 menunjukkan bahwa ekonomi Sulteng pascabencana terus mengalami peningkatan. Angka tersebut, sambung Madjid, cukup baik bila dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi nasional maupun provinsi-provinsi lain di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Untuk itu, Madjid meminta kepada seluruh warga Sulteng senantiasa menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi ini, demi meningkatnya pembangunan daerah  dan kesejahteraan masyarakat. GUS

Komentar