Menunjang Ketahanan Pangan Melalui Sekolah Lapang Iklim

3200af61-fee3-40f3-b9dc-582229f12b83
Wenas Ganda Kurnia

DALAM menunjang ketahanan pangan yang telah dicanangkan Pemerintah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Tengah (Sulteng) melalui Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu menggelar Sekolah Lapangan Iklim (SLI) tahap 2 dengan tema “Mengantisipasi Cuaca Dan Iklim Ekstrim Untuk Menunjang Ketahan Pangan”.

SLI tahap 2 tahun 2019 diadakan di Hotel Jazz pada 19-21 Agustus 2019, dibuka oleh Perwakilan BMKG Pusat dan dihadiri oleh para perwakilan dari dinas terkait serta akademisi yang berada di Sulteng.

Oleh: Wenas Ganda Kurnia, S.Tr*)

SLI tahap 2 diikuti sebanyak 25 peserta yang mempunyai latar belakang sebagai penyuluh pertanian yang berasal dari seluruh kota/kabupaten di Sulteng.

Sesuai judulnya, Sekolah Lapang Iklim merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menunjang ketahanan pangan serta menjembatani peningkatan pemahaman mengenai informasi iklim bagi para petugas di lingkungan dinas pertanian daerah, penyuluh dan petani yang tersebar di seluruh nusantara.

Jika disederhanakan, manfaat yang akan dirasakan oleh petugas dinas pertanian daerah, penyuluh dan petani yang mengikuti Sekolah Lapang Iklim adalah untuk memahami dan memanfaatkan informasi iklim secara efektif dalam mendukung pertanian.

Dalam perspektif lain, Sekolah Lapang Iklim ini menjadi wahana untuk menyesuaikan produk informasi iklim dengan kebutuhan penggunanya.

Dalam skala nasional, Sekolah Lapang Iklim ini telah diselenggarakan BMKG sejak tahun 2011, hingga sampai saat ini 33 provinsi yang mengikuti Sekolah Lapang Iklim telah merasakan manfaat manis dari kegiatan yang difasilitasi oleh Badan Penyuluh Pertanian dan Prakirawan Iklim dari BMKG tersebut. Rata-rata, produksi panen dapat meningkat 20 hingga 30 persen.

Secara tradisional, kegiatan ekonomi produktif petani dapat dikaitkan dengan lahan tempat melakukan kegiatan, pupuk untuk kesuburan, benih tanaman untuk produksi dan terakhir irigasi untuk kebutuhan pasokan airnya.

Kepastian perubahan dan variasi iklim memastikan petani pada keharusan untuk memahami gejalanya. Untuk itu, penyuluh pertanian mempunyai peran penting dalam menerjemahkan data tersebut menjadi informasi iklim yang berguna dan bermafaat bagi para petani untuk memutuskan jenis komoditas dan waktu tanamnya.

Jika dulu secara tradisional bisa berpatokan pada hari dan bulan, sekarang harus berpatokan dengan data, yaitu pola curah hujan di wilayahnya.

Data tersebut diperoleh dari pengukuran harian agar diperoleh karakteristik curah hujan di lokasi bersangkutan.

Tentu saja, untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kondisi cuaca dan iklim di lokasi tersebut, tidak hanya curah hujan yang diukur dan dicatat, tetapi juga semua parameter cuaca dan iklim, seperti radiasi matahari, tekanan, kelembaban, suhu, kecepatan dan arah angin.

Dengan terselenggaranya kegiatan ini secara rutin dari tahun ke tahun diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap informasi kehidupan yang berkaitan dengan iklim, sehingga dampak negatif berupa gagal panen atau penurunan produktivitas petani dapat dihindari.

Peningkatan produktivitas pertanian tentu tidak lepas dari masalah iklim. Jika masalah bibit dan lahan dapat dilakukan melalui rekayasa, maka masalah iklim yang menjadi faktor pembatas hanya bisa diketahui dan dianalisa lewat ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ada tiga komponen saling berkaitan dalam mendukung ketahanan pangan, yakni bibit, lahan dan iklim. Persoalan bibit dan lahan sudah bisa direkayasa, sementara iklim masih belum bisa.

Iklim memang jadi faktor pembatas, yang hanya bisa kita kenali dan analisa lewat ilmu pengetahuan dan teknologi.

Akan tetapi, tambahan pengetahuan kepada para penyuluh dan petani soal iklim diyakini mampu meningkatan produktivitas pertanian.

Itulah sebabnya, sekolah lapang seperti ini harus terus ditingkatkan dan diselengarakan secara rutin setiap tahunnya.

*) Penulis adalah Pengamat Meteorologi dan Klimatologi BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu

Komentar