Walhi Sulteng Keluhkan Konferensi Regional Asia-Pasifik di Jakarta

WhatsApp Image 2019-08-28 at 18.12.38
Abdul Haris Lapabira

SultengTerkini.Com, PALU– Konferensi Regional Asia-Pasifik Federasi Internasional Palang Merah dan Sabit Merah tentang pelokalan (lokalisasi) bantuan internasional untuk kemanusiaan yang digelar di Jakarta, Rabu (28/8/2019) dikeluhkan, karena tidak melibatkan organisasi dan aktor lokal. Padahal, organisasi lokal merupakan pihak yang pertama kali merespon saat krisis kemanusiaan terjadi.

Keluhan itu disampaikan Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tengah (Sulteng) Abdul Haris Lapabira dalam keterangan resminya kepada SultengTerkini.Com, Rabu (28/8/2019) malam.

Abdul Haris mengatakan, organisasi lokal juga paling rentan menjadi korban dalam situasi krisis kemanusiaan, paling memahami situasi, politik, dan budaya lokal.

Karena menurutnya, berada dan bekerja sebelum, selama, dan setelah krisis kemanusiaan terjadi. Bahkan, organisasi lokal akan tetap bekerja untuk pemulihan dampak krisis setelah semua aktor kemanusiaan internasional pergi.

Abdul Haris mengaku kecewa karena organisasi lokal tidak diundang dalam konferensi dunia tersebut.

“Konferensinya sudah berlangsung sejak tanggal 27 sampai 28 Agustus di Graha BNPB Jakarta,” katanya.

Dia menambahkan, saat hendak mengikuti konferensi, sejumlah organisasi lokal mendapat penolakan dari penyelenggara dengan alasan sudah melebihi kapasitas jumlah peserta.

Dalam daftar peserta yang dirilis panitia, memperlihatkan dominasi aktor-aktor internasional serta minimnya pelibatan organisasi lokal Indonesia.

“Walhi Sulteng mendapatkan undangan secara mendadak, kami sudah berusaha untuk hadir, sayangnya ketika sudah tiba di tempat kegiatan, kami ditolak masuk, kami sangat menyayangkan ini,” jelas Abdul Haris kecewa.

Menurutnya, selain Walhi, tiga organisasi lokal lain turut memberi andil penting dalam respon bencana di Sulteng.

“Kami berupaya datang ke Jakarta dan terlibat dalam konferensi untuk memastikan bahwa sudut pandang organisasi lokal Indonesia menjadi referensi penting perbincangan mengenai pelokalan di konteks Asia Pasifik,” ujarnya.

Pada hari kedua, sambung Haris, pihaknya telah mengupayakan agar aktor lokal dilibatkan secara menyeluruh dalam konferensi.

Sayangnya, upaya lobi ke panitia, UN agency, organisasi internasional, serta ajakan pada peserta dari negara lain untuk mendukung upaya pelibatan organisasi lokal Indonesia pun tidak mendapatkan respons yang signifikan.

Perlu diketahui, konferensi ini diselenggarakan oleh IFRC (Federasi Internasional Palang Merah dan Sabit Merah) dan Pemerintah Swiss, sebagai Co-coverens Workstream/Alur Kerja Pelokalan dalam Grand Bargain.

Konferensi ini merupakan rangkaian konferensi regional yang telah digelar sebelumnya di Afrika (Addis Ababa) dan Timur Tengah (Amman).

Konferensi Regional Asia-Pasifik tentang Pelokalan Bantuan bertujuan untuk memfasilitasi diskusi antara para pihak tentang peluang dan tantangan dalam pelokalan, berbagi pengetahuan dan pembelajaran dalam pendekatan pelokalan.

Pelokalan (lokalisasi) bantuan adalah tentang peran signifikan organisasi lokal sebagai pelaku respons pertama krisis kemanusiaan dan memberi dukungan agar peran mereka berkembang dan menguat, termasuk pelibatan lebih besar dalam forum berbagi pengetahuan dan mekanisme koordinasi global-regional-nasional. GUS

Komentar