
SultengTerkini.Com, PALU– Aksi demonstrasi ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa se Kota Palu di Jalan Sam Ratulangi, Sulawesi Tengah diwarnai kericuhan, Rabu (25/9/2019).
Kericuhan terjadi karena ribuan massa memaksa menerobos barikade kawat berduri untuk berorasi di depan gedung DPRD Sulteng.
Massa ingin menyampaikan aspirasi penolakan sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dinilai kontroversial langsung di depan gedung DPRD Sulteng, namun ditolak oleh aparat karena sedang berlangsung pelantikan 45 anggota DPRD Sulteng periode 2019-2024.
Massa aksi mulai berdemonstrasi sejak pukul 09.00 Wita di Jalan Sam Ratulangi sekitar 100 meter dari Kantor DPRD Sulteng.
Selang beberapa jam kemudian, aksi ricuh terjadi menjelang Salat Zuhur. Massa melempar aparat dengan batu dan kayu lalu dibalas dengan tembakan gas air mata.
Koordinator Aksi Aliansi Mahasiswa Kota Palu, Fachrudin mengatakan, aksi itu hanya untuk menyampaikan aspirasi tentang RUU kontroversial.
“Kami menolak revisi Undang-Undang KPK, kenaikan iuran BPJS, RKUHP dan lain-lain,” katanya.
Tuntutan lainnya adalah, terkait kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah belum lama ini.
Di hadapan ribuan mahasiswa, Yus Mangun didampingi I Nyoman Slamet menyatakan menerima seluruh aspirasi mahasiswa tentang menolak RUU KPK dan menolak RUU BPJS dan pembakaran hutan yang melibatkan perusahaan.
“Saya terima semua aspirasi mahasiswa 100 persen,” katanya.
Usai menyampaikan pernyataan, Yus Mangun menandatangani pertanyaan menerima aspirasi dengan menandatangani di atas materai.
Meski sudah diterima oleh anggota DPRD Sulteng, namun kericuhan kembali terjadi di depan markas Polda Sulteng yang bersebelahan dengan gedung DPRD Sulteng.
Aparat terpaksa menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa yang tetap memaksa masuk untuk berorasi di depan gedung DPRD Sulteng.
Akibat kericuhan itu, pagar kantor Kejaksaan Tinggi Sulteng Jalan Sam Ratulangi yang berdekatan dengan markas Polda Sulteng dan gedung DPRD Sulteng terlihat rusak parah.

Meski sempat reda beberapa jam, namun kericuhan lagi-lagi terjadi di persimpangan empat Jalan S Parman dan Raden Saleh.
Massa tetap bertahan di tiga lokasi yakni Jalan Raden Saleh, S Parman, dan Sam Ratulangi dengan membakar sejumlah ban.
Mereka menuntut agar para koordinator aksi dan puluhan mahasiswa yang diamankan segera dilepas oleh polisi.
Hingga menjelang magrib, kericuhan terjadi lagi saat aparat membubarkan paksa aksi demo itu karena sudah melewati batas waktu yang ditentukan.
Untuk menenangkan situasi itu, Kapolda Sulteng Brigjen Polisi Lukman Wahyu Hariyanto juga tampak menemui massa di Jalan S Parman dan meminta agar aksi berjalan aman dan damai tanpa anarkis. MAD/CAL














Komentar