Save the Children di Palu: Hindari Sering Katakan “Jangan” pada Anak!

WhatsApp Image 2019-10-17 at 11.21.22
SPESIALIS perlindungan dan keamanan anak Save The Children, Bonefasius Juleman saat memberikan wawasan tentang perlindungan dan keamanan anak dalam workshop jurnalis di sebuah hotel Jalan Malonda, Rabu (16/10/2019). FOTO: MOHAMMAD IQBAL

SultengTerkini.Com, PALU– Spesialis Perlindungan dan Keamanan Anak Save the Children, Bonefasius Juleman meminta kepada kaum ibu atau kalangan dewasa untuk menghindari terlalu sering mengucapkan kata “jangan” pada anak.

Terlalu sering melarang anak dengan kata “jangan” lambat laun dapat mengganggu perkembangan motorik dan perkembangan emosional anak.

Dia menuturkan, mayoritas kaum ibu, kaum ayah atau kaum dewasa mengabaikan hal-hal sepele yang bisa saja mengganggu perkembangan otak atau masa depan anak.

Tanpa disadari, perlakuan yang salah terhadap anak, apabila dilakukan secara terus menerus sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku anak, sehingga berdampak buruk pada anak itu di masa depan.

“Hari ini anda membentak anak anda, maka tunggulah 15 atau 20 tahun kedepan, anak itu yang akan berbalik membentak anda!,” tegas pria yang akrab disapa Bony dalam kegiatan jurnalis workshop Save the Children bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen Kota Palu di sebuah hotel Jalan Malonda, Rabu (16/10/2019).

Bony menuturkan, banyak contoh-contoh kecil yang sering dilakukan pada anak, padahal perilaku tersebut bisa berdampak negatif bagi anak.

Mencubit pipi anak sambil memujinya secara berlebihan, memperlihatkan lekuk tubuh pada anak, mengajak anak orang lain tidur di rumah dan seranjang dengannya, mengelus bahu, mandi bareng anak, atau ayah yang memakaikan celana dalam anaknya sekalipun adalah perlakuan salah yang bisa menjurus pada pelecehan seksual.

Belum lagi bentuk-bentuk eksploitasi anak seperti menyuruh anak secara kasar atau penelantaran anak seperti membeda-bedakan anak.

“Ada lima jenis bentuk-bentuk kekerasan pada anak yaitu kekerasan fisik, kekerasan emosional, pelecehan seksual, penelantaran dan eksploitasi anak. Salah satu atau sebagian kekerasan pada anak ini sering kita jumpai bahkan kita lakukan di rumah tanpa kita sadari,” tuturnya.

Lantas apa yang sebaiknya dilakukan pada anak di rumah atau di lingkungan sekitar?.

Bony menjelaskan, hal mudah tapi jarang dilakukan oleh kebanyakan kaum ibu, kaum ayah atau orang dewasa adalah membiasakan diri mengucapkan kata “maaf”, “terima kasih” dan “minta tolong” pada anak. Padahal, kebiasaan ini dapat membentuk karakter positif bagi anak.

“Sebelum menyuruh anak, biasakan dengan kata-kata minta tolong lalu akhiri dengan ucapan terima kasih. Saat melarang anak, dahului dengan kata maaf. Itu sangat baik bagi perkembangan anak,” tutur Bony.

Bony bercerita, suatu saat, anaknya memecahkan gelas kopinya. Bony lantas meminta maaf kepada anaknya dan meminta tolong anaknya untuk membersihkan pecahan gelas tersebut. Setelah pecahan kaca itu bersih di lantai, Bony mengucapkan terima kasih sembari memberi wejangan bahwa memecahkan gelas adalah tindakan yang salah.

“Sampai sekarang anak saya tidak pernah memecahkan gelas. Tutur kata dan perilaku anak pun sangat beradab,” urai Bony mengisahkan.

Dia melanjutkan, di lingkungan keluarganya, Bony membuat perjanjian dengan istrinya. Apabila istrinya secara tidak sengaja melakukan tindakan kekerasan pada anak, maka jatah bulanan akan dipotong.

“Anak saya pernah mengadu, dimarah ibunya dengan menunjuk-nunjuk sendok penggorengan. Sebabnya, anak saya bermain bulutangkis dan bolanya jatuh di penggorengan saat ibunya sedang masak. Ibunya marah lantas secara spontan menunjuk-nunjuk anaknya dengan sendok penggorengan. Akhirnya saya telepon ibunya dan memintanya untuk memohon maaf kepada anak-anak. Dalam keluarga kami, satu tindakan salah yang menjurus pada kekerasan anak didenda dengan pemotongan jatah bulanan sebesar Rp250 ribu,” kata Bony disambut antusias oleh peserta workshop.

Menurut Bony, hal-hal kecil seperti ini sering dilakukan kebanyakan orang. Makanya, hal-hal seperti ini tidak boleh terus dilakukan.

“Apapun jenis perlakuan anda pada anak anda hari ini sangat menentukan masa depannya. Olehnya, perilaku-perilaku yang menjurus pada kekerasan anak harus dihindari mulai sekarang,” pinta Bony.

Save The Children, sambung Bony, adalah lembaga yang sangat konsen terhadap perlindungan dan keamanan anak.

Agenda utama lembaga ini adalah mempromosikan hak-hak anak, memberikan bantuan dan menyediakan dukungan serta melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan anak.

Menurut Bony, anak merupakan bagian dari diri sendiri yang memiliki kehidupannya masa kini dan mewakili gambaran masa depan.

“Penting bagi kita untuk selalu melindungi anak agar dapat tumbuh kembang secara sehat dan terbebas dari segala hal yang bisa menyakiti mereka. Mulailah dari diri kita sendiri dan lakukan hal-hal kecil tapi positif bagi anak,” ujarnya. GUS

Komentar