SultengTerkini.Com, PALU– Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola secara resmi membuka Rembuk Stunting Aksi Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi Kabupaten/Kota dan Sosialisasi Perpres Nomor 75 Tahun yang ditandai dengan pemukulan gong bertempat di aula sebuah hotel Jalan Mohammad Hatta, Kota Palu, Senin (18/11/2019).
Panitia Pelaksana, Wahyu Agus Pratama mengatakan, sasaran pelaksanaan kegiatan adalah untuk menyampaikan hasil analisis situasi dan rancangan rencana kegiatan intervensi perubahan kabupaten kota terintegrasi serta komitmen pemerintah daerah dan menyepakati rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi.
Selain itu juga untuk membangun komitmen publik dalam kegiatan secara terintegrasi di tingkat kabupaten/kota.
Sementara itu, Gubernur Longki Djanggola dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan rembuk stunting yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng.
Karena menurutnya, aksi intervensi penurunan stunting merupakan salah satu prioritas nasional yang harus didukung oleh setiap daerah dan wajib diseriusi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah.
“Saya kira sangat jelas ini program pemerintah pusat yang kemarin pada saat pelantikan menteri-menteri terkait, khususnya Menteri Kesehatan amanah Bapak Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kesehatan, salah satunya adalah masalah stunting untuk dituntaskan,” kata Gubernur Longki.
Gubernur mengatakan, berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, stunting Sulawesi Tengah pada angka 41% dan Riskesdas 2018, angka stunting Sulawesi Tengah turun menjadi 32,5%.
Sedangkan untuk data elektronik pencegahan laporan gizi berbasis masyarakat Sulawesi Tengah dengan sasaran balita, hasil entry data sasaran 73,6% dari data jumlah balita real menunjukkan angka stunting balita ter entry tinggi badan per umur pada angka 22,9%.
“Sulawesi Tengah terjadi penurunan angka stunting yang luar biasa, dari 32,% turun menjadi 22,9%. Semoga angka total populasi ini akan bisa dicapai 100% pada akhir tahun akan datang, saya mengharapkan kerja keras dari semua kabupaten kota untuk dapat mempercepat entry data ITB baik untuk balita dan ibu hamil,” katanya.
Dia menjelaskan, pada tahun 2017 jumlah angka kematian ibu sebanyak 89 orang, tahun 2018 jumlah 82 orang atau turun tujuh orang dan hingga November 2019 kematian pada posisi 63 orang.
Sedangkan jumlah kematian bayi tahun 2017 sebanyak 530 orang, tahun 2018 sebanyak 470 orang dan per November 2019 sebanyak 269 orang.
Hal ini menunjukkan penurunan yang signifikan untuk angka kematian ibu dan kematian bayi.
“Terima kasih atas kerja keras Dinas Kesehatan dan jajaran dari provinsi, kabupaten dan kota serta para jajaran di puskesmas-puskesmas di seluruh pelosok Provinsi Sulawesi Tengah serta peran teman-teman dari OPD (organisasi perangkat daerah) terkait dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Sulawesi Tengah,” tuturnya. CAL
Komentar