246 Kasus Kekerasan Dialami Perempuan dan Anak Pascabencana Sulteng

WhatsApp Image 2019-11-24 at 16.05.21
WAKIL Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, Rusli Baco Dg Palabbi melepas ratusan peserta Fun Run dan Fun Walk yang ditandai dengan pengibaran bendera start, bertempat di halaman Pogombo kantor gubernur setempat, Ahad (24/11/2019). FOTO: HUMAS

SultengTerkini.Com, PALU– Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Sulawesi Tengah, Rusli Baco Dg Palabbi didampingi Deputi Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, Venesia R Danis dan pihak terkait lainnya secara resmi melepas ratusan peserta Fun Run dan Fun Walk yang ditandai dengan pengibaran bendera start, bertempat di halaman Pogombo kantor gubernur setempat, Ahad (24/11/2019).

Rute yang dilewati peserta Fun Run maupun Fun Walk sekitar tiga kilometer yakni dimulai di halaman Pogombo menuju Jalan Ahmad Yani-S Parman-Setia Budi-Jalan Sutomo-Gatot Subroto-Suprapto-MT Haryono dan berakhir di Lapangan Pogombo.

Wagub Rusli  Dg Palabbi dalam sambutannya menyambut baik dan memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.

Menurutnya, kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak bersama Dharma Wanita Persatuan Provinsi Sulawesi Tengah memiliki makna penting sebagai salah satu upaya memberi motivasi dan keterpaduan langka dalam upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak dan kelompok rentan lainnya serta memberdayakan perempuan termasuk di situasi pascabencana.

Menurut Wagub Rusli, pascabencana 28 September 2018 telah terjadi 246 kasus kekerasan yang dialami perempuan dan anak di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala berupa kekerasan seksual, kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan dalam rumah tangga, termasuk pula kasus pernikahan usia anak dan permasalahan sosial lainnya.

Pengaduan terjadinya kasus kekerasan tersebut disampaikan di tenda ramah perempuan yang  didirikan oleh UNFPA di 12 titik diantaranya, di wilayah Kota Palu empat titik yakni di Kelurahan Duyu, Kelurahan Balaroa, Petobo, dan Pantoloan.

Dia mengatakan, kekerasan berbasis gender tidak hanya melibatkan kaum perempuan, akan tetapi lebih efektif bila melibatkan kaum laki-laki.

Kehadiran laki-laki sebagai pelindung bagi perempuan sangatlah penting walau ada pula diantara kasus kekerasan tersebut korbannya laki-laki dan perempuan misalnya pada kasus KDRT.

Pencegahan berupa advokasi, kebijakan edukasi melalui kegiatan sosialisasi, workshop, dialog kampanye dan lainnya penting dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif karena pada hakekatnya mencegah lebih baik daripada mengobati.

Hal ini mengingatkan biaya pengobatan jauh lebih mahal dibanding biaya yang harus dikeluarkan untuk pencegahan.

“Olehnya melalui kegiatan kampanye ‘three ends‘ saya mengajak kita semua mengakhiri tiga hal yaitu akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak akhiri perdagangan orang dan akhiri kesenjangan ekonomi bagi perempuan. Mari kita bangun pemahaman dan kepedulian kita terhadap permasalahan perempuan dan kelompok rentan diawali dari kita sendiri keluarga kita dan lingkungan masyarakat kita,” katanya.

Sementara itu, Deputi Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, Venesia R Danis menyampaikan kegiatan dimaksud dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ibu yang juga dilaksanakan hingga di luar negeri.

Pihak deputi juga memberikan apresiasi atas terlaksananya kegiatan tersebut. Menurutnya, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.

Usai pelaksanaan Fun Run dan Fun Walk dilanjutkan dengan senam bersama serta penarikan puluhan door prize. CAL

Komentar