Laju Ekonomi Sulteng Terganggu Enam Hal Ini

WhatsApp Image 2019-12-06 at 00.05.58
KEPALA Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah, Abdul Madjid Ikram saat membawakan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di sebuah hotel Jalan Mohammad Hatta, Kota Palu, Kamis (5/12/2019). FOTO: ICHAL/SULTENGTERKINI.COM

SultengTerkini.Com, PALU– Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat enam hal yang harus menjadi perhatian pemerintah setempat guna mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Bumi Tadulako.

Enam hal tersebut menjadi Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah, karena laju pertumbuhan ekonomi cukup terganggu karenanya.

Enam hal yang bisa mengganggu laju ekonomi Sulteng yakni penurunan sektor pertanian, melambannya pinjaman perbankan, tingginya angka kemiskinan, tingginya angka inflasi, penurunan ekspor gas, dan rendahnya nilai tukar petani.

Kepala Kantor BI Perwakilan Sulteng, Abdul Madjid Ikram dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia bertajuk Sinergi, Transformasi dan Inovasi di sebuah hotel Jalan Mohammad Hatta Kota Palu, Kamis (5/12/2019) mengatakan, di tengah situasi ekonomi global yang diliputi ketidakpastian, ekonomi Sulteng pada 2019 diperkirakan tetap tinggi.

Namun demikian, terdapat beberapa sektor yang bisa mengganggu laju pertumbuhan ekonomi Sulteng.

Abdul Madjid mengatakan, penurunan di sektor pertanian terutama tanaman pangan akibat irigasi yang belum optimal pascabencana sangat menghambat laju ekonomi.

Selain itu, nilai tukar petani (NTP) Sulteng mencapai 95,40 atau lebih rendah dari NTP nasional sebesar 104,14. Hal ini mencerminkan masih rendahnya daya beli petani.

“Perlu menjadi perhatian, meskipun tingkat kemiskinan turun dari 13,69% menjadi 13,48%, namun angka ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata angka kemiskinan di Sulawesi yang mencapai 11,42%. Bahkan Provinsi Sulut, angka kemiskinannya hanya 7,59%,” jelas Abdul Madjid Ikram.

Dia menambahkan, pada November 2019, inflasi tercatat 2,58% (year on year), jauh lebih rendah dibandingkan November 2018 yakni 7,27%.

Core inflation masih relatif tinggi terutama meningkatnya konsumsi barang konstruksi, namun mulai menurun sejalan dengan perbaikan infrastruktur pelabuhan Pantoloan.

Dari sisi keuangan, lanjut Abdul Madjid Ikram, pertumbuhan kredit selama 2019 mencapai 6,49% (yoy), lebih rendah dari 2018 yakni 10,21% (yoy). Bahkan, LDR juga turun dari 145% menjadi 131%, meskipun kualitas kredit masih terjaga.

Kondisi ini menurunkan kinerja perbankan dimana rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dibawah threshold sebesar 84 – 94% (78,11%) dan meningkatnya kewajiban penyangga likuidtas makroprudensial (PLM) diatas 4% (24,32%).

Mantan Kepala BI Perwakilan Cirebon itu menuturkan, pertumbuhan ekonomi Sulteng sejauh ini tercatat masing-masing 6,79, 6,48% dan 6,07% (yoy). GUS

Komentar