COKELAT merupakan salah satu camilan yang banyak digemari diberbagai kalangan, baik anak kecil maupun orang dewasa.
Bahkan banyak cokelat yang memiliki variasi rasa yang berbeda-beda. Banyaknya orang yang mengonsumsi cokelat juga tidak terlepas dari manfaat cokelat itu sendiri yaitu bisa membuat suasana hati kalian menjadi lebih baik lagi disaat suasana hati yang sedang marah, kesal ataupun galau.
OLEH: YONGKI RAMANDA PUTRA*)
Di Indonesia, makanan cokelat juga sudah tidak asing lagi bagi penduduknya. Bahkan banyak cokelat-cokelat berbentuk batangan maupun makanan yang mengandung cokelat yang dijual di toko swalayan dengan merek bermacam-macam.
Cokelat-cokelat tersebut kebanyakan berasal dari luar negeri bukan buatan dalam negeri, meskipun ada juga olahan makanan mengandung cokelat yang berasal dari dalam negeri.
Padahal Indonesia merupakan negara dengan produksi biji cokelat terbesar ke 3 di dunia.
Berdasarkan hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017, produksi biji cokelat di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2017 relatif naik dan turun.
Tahun 2010 merupakan tahun dengan produksi biji cokelat yang terbesar di rentang tahun tersebut sebesar 837.918 ton.
Sedangkan produksi biji cokelat terendah di rentang tahun tersebut berada pada tahun 2000 dengan jumlah sebesar 421.142 ton.
Rentang tahun produksi tertinggi berada pada rentang tahun 2008 hingga 2010. Namun setelah tahun 2010 produksi biji cokelat terus semakin menurun hingga tahun 2015 dengan jumlah produksi sebesar 593.331 ton.
Setelah itu produksi biji cokelat naik kembali menjadi 658.399 ton di tahun 2016 dan 657.050 di tahun 2017.
Lima wilayah provinsi dengan kontribusi produksi biji cokelat terbesar di Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Tengah dengan kontribusi terhadap total produksi biji cokelat di Indonesia sebesar 19,05% (125,2 ribu ton), disusul dengan provinsi Sulawesi Selatan sebesar 17,32% (113,8 ribu ton), Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 15,50% (101,8 ribu ton), Provinsi Sulawesi Barat sebesar 9,32% (61,3 ribu ton), dan terakhir di Provinsi Sumatera Barat sebesar 8,03% (52,8 ribu ton).
Dengan banyaknya produksi biji cokelat di Indonesia, tentunya Indonesia juga mengekspor biji cokelat. Berdasarkan hasil publikasi tersebut, kontribusi ekspor terbesar adalah ekspor pasta cokelat yaitu cokelat yang telah diekstrak dari biji cokelat untuk dijadikan pasta dengan jumlah ekspor sebesar 135.875 yang nilainya mencapai 681.062.000 US$.
Sedangkan untuk ekspor biji cokelatnya sebesar 25.099 ton dengan nilai mencapai 53.537.000 US$.
Untuk total ekspor cokelat baik biji cokelat, olahan cokelat, dan sebagainya adalah sebesar 354.880 ton dengan nilai mencapai 1.120.765.000 US$.
Indonesia juga mengimpor cokelat dengan kontribusi impor biji cokelat adalah yang terbesar yaitu sebesar 226.613 ton dengan nilai mencapai 486.584.000 US$ dan mengimpor cokelat olahan makanan sebesar 6.129 ton dengan nilai mencapai 48.986.000 US$.
Dengan total impor baik biji cokelat, olahan cokelat, dan sebagainya sebesar 270.172 ton dengan nilai mencapai 646.337.000 US$.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa produksi biji cokelat masih kurang di Indonesia jika dilihat dari banyaknya kebutuhan baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
Atau bisa juga dikatakan bahwa banyak biji cokelat yang belum diolah secara maksimal namun diekspor keluar negeri untuk diolah lalu diimpor kembali ke Indonesia dalam bentuk olahan makanan.
Diharapkan dengan banyaknya impor cokelat baik dalam bentuk biji cokelat, olahan cokelat, dan sebagainya, pemerintah mampu menurunkan angka impor cokelat tersebut agar kontribusi subsektor perkebunan cokelat terhadap PDB dapat dimaksimalkan seperti dengan menaikkan jumlah produktivitas biji cokelat di Sulawesi.
Selain itu memaksimalkan olahan biji cokelat, memaksimalkan nilai ekspor, dan tidak sembarangan mengimpor biji cokelat baik dalam bentuk biji cokelat, olahan cokelat, dan sebagainya.
*) Penulis adalah mahasiswa Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta
Komentar