SultengTerkini.Com, SINGAPURA- Ancaman virus corona kian nyata di Singapura sampai-sampai pemerintah setempat harus menaikkan status waspadanya menjadi oranye. Selain kebutuhan dasar yang diborong warga untuk mengantisipasi virus tersebut, kondom ternyata juga laris manis.
Setidaknya demikian menurut akun Facebook SG EverydayOnSales. Dalam sebuah unggahan tertanggal, Jumat (7/2/2020), akun yang berisi info-info belanja dan diskon di Singapura itu menulis, “Kementerian Kesehatan baru saja mengumumkan status level oranye. Secara mengejutkan kondom sudah habis terjual. Kami mencari tahu alasannya dan jawabannya ada di foto ini.”
Akun tersebut lalu menyertakan dua foto. Foto pertama memperlihatkan rak kondom merek Durex yang kosong di toko. Di foto kedua, tampak seseorang menggunakan kondom untuk melindungi jarinya saat memencet tombol lift.
Berbagai reaksi pun bermunculan menanggapi posting-an tersebut. “Alternatif yang bagus selain masker,” tulis seorang netizen. Ada pula yang menulis, “Pakai kantong plastik lebih murah.”
Kementerian Kesehatan Singapura pada Jumat menaikkan status ancaman virus corona di wilayahnya menjadi oranye. Ini adalah kedua kalinya Singapura mengaktifkan kode oranye setelah wabah flu babi (H5N1) di tahun 2009.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan Singapura, kode ini merupakan bagian dari sistem bernama Disease Outbreak Response System Condition (DORSCON). Sistem dibuat usai wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada tahun 2003 dan berfungsi untuk membantu langkah penanganan suatu penyakit sesuai dengan tingkat ancamannya.
Ada empat warna level di sistem tersebut, yakni hijau, kuning, oranye dan merah. Oranye menandakan gejala penyakit parah dan mudah menular namun tak menyebar luas di Singapura. Ada gangguan tingkat menengah pada arus perjalanan internasional seperti karantina, pengecekan temperatur, dan pembatasan pengunjung rumah sakit. Warga harus patuh pada kebijakan kontrol.
Pengumuman itu lantas memicu kepanikan di negara kota berpenduduk sekitar 5,7 juta jiwa itu. Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (8/2/2020), banyak warga berbondong-dong membeli keperluan dasar seperti beras, mie dan tisu toilet.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan rak-rak kosong di sejumlah toko dan supermarket, troli belanjaan yang dipenuhi barang-barang dan antrean panjang di kasir-kasir.
“Saya khawatir jika mereka semakin meningkatkan level siaga, kami tidak akan bisa keluar,” kata seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun, yang tidak ingin disebutkan namanya, kepada AFP setelah meninggalkan toko kelontong.
(sumber: detik.com)
Komentar