Laju Ekonomi Terhambat, Wabah Corona Berdampak ke Sulteng

SEMINAR Perkembangan Perekonomian Sulawesi Tengah di sebuah hotel Jalan Mohammad Hatta, Kota Palu, Kamis (13/2/2020). FOTO: AGUS PANCA SAPUTRA/SULTENGTERKINI.COM

SultengTerkini.Com, PALU– Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng) memproyeksi terjadinya pelambatan laju pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan pertama tahun 2020 akibat wabah virus Corona yang melanda Negeri Tiongkok atau Cina.

Pada triwulan pertama tahun ini, Bank Indonesia Perwakilan Sulteng memproyeksi pertumbuhan ekonomi Sulteng pada kisaran 6,5 sampai 7,5 persen.

Demikian ditegaskan Kepala BI Perwakilan Sulteng, Abdul Ikram Madjid saat seminar perkembangan ekonomi Sulteng bertajuk Naheba Perekonomian Sulteng di sebuah hotel Kota Palu, Kamis (13/2/2020).

Abdul Madjid menjelaskan, pendorong pelambatan laju pertumbuhan ekonomi Sulteng adalah berkurangnya aktivitas ekspor nikel ke Tiongkok serta tertahannya tenaga ahli dari Tiongkok akibat wabah Corona.

Meski demikian, Abdul Madjid optimis perkembangan ekonomi global pada semester dua tahun 2020 akan mendorong perbaikan ekspor dari Morowali dan dari daerah lain ke Tiongkok dan Amerika.

Selain itu, optimisme kelancaran pelaksanaan pilkada yang dapat mendorong pertumbuhan konsumsi juga diproyeksi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Sulteng secara kumulatif diperkirakan akan mencapai 7,5 persen tahun 2020,” jelas Abdul Madjid Ikram.

Adanya wabah Corona di Tiongkok sejak Januari lalu memang membuat perusahaan tambang di Kota Palu dan Kabupaten Morowali terganggu.

Apalagi, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali dan PT Citra Palu Minerals (CPM) di Kelurahan Poboya Kota Palu dominan menggunakan tenaga ahli dari Cina.

Padahal, aktivitas perusahaan ini mampu menggenjot ekonomi di masyarakat Sulteng.

Agar operasional kedua perusahaan tetap berlanjut, PT IMIP telah mengambil kebijakan dengan menentukan subkontraktor sebagai pengganti tenaga kerja Cina yang tertahan di negaranya.

Begitupula dengan PT CPM, sebanyak 11 tenaga ahli tertahan di Cina. PT CPM untuk sementara menggunakan tenaga lokal untuk mengisi kekosongan tenaga tersebut.

INFLASI TERJAGA

Abdul Madjid Ikram menambahkan, pertumbuhan ekonomi Sulteng tahun 2020 yang diproyeksikan tumbuh 7,5 persen juga didorong oleh terjaganya angka inflasi.

Secara tahunan dan akumulatif, lanjut Abdul Madjid, angka inflasi dibawah target tiga persen (year on year) didukung dengan tekanan harga bahan makanan yang cukup stabil.

Terjaganya angka inflasi ini juga tidak lepas dari peran dan pencapaian Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang selalu meningkatkan sinergi untuk mengambil langkah antisipatif dalam menjaga ketersediaan stok komoditas utama di masyarakat.

Pada Januari 2020, Sulteng tercatat mengalami deflasi sebesar 0,17 persen atau 2,45 persen inflasi tahunan. Angka ini lebih rendah dari sebelumnya sebesar 2,93 persen.

Seminar itu juga menghadirkan Kepala Bidang Statistik BPS Sulteng, GA Nasser, Anggota Forum Ekonomi Kemenkeu, Mohammad Ahlis Djirimu dan Kepala BRI Cabang Palu, Edward. GUS

Komentar