Aksi Pembunuhan di Chicago Tetap Marak Meski Ada Lockdown Corona

Foto: Ilustrasi penembakan (Edi Wahyono)

SultengTerkini.Com, CHICAGO– Sejumlah negara bagian di Amerika Serikat (AS) memberlakukan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Namun, lockdown tak membuat aksi kejahatan pembunuhan di kota Chicago, Illinois mereda.

Seperti dilansir AFP, Jumat (8/5/2020) jalan-jalan di Chicago tampak sepi karena penduduk tetap di rumah selama wabah Corona. Namun, di beberapa lingkungan kota paling miskin masih bergema suara letusan senjata api.

Sementara penurunan signifikan dalam angka kejahatan telah menjadi salah satu dari beberapa efek positif dari lockdown di sebagian besar AS dan di tempat lain, tetapi lockdown hampir tidak berefek pada tingkat pembunuhan di Chicago, sebuah kota yang telah lama mencatat kasus pembunuhan terbanyak AS.

Polisi Chicago mengatakan ada 56 kasus pembunuhan pada bulan April–hanya sedikit lebih rendah dari April tahun 2019 yang mencatat 61 kasus. Sementara akhir pekan lalu, empat orang tewas dan 46 lainnya terluka.

Sebaliknya di New York, sebuah kota dengan populasi hampir tiga kali lipat dari Chicago, ada 31 kasus pembunuhan pada bulan April. Los Angeles, kota terbesar kedua di AS, hanya ada 18 pembunuhan selama empat minggu sejak akhir Maret.

Dua puluh satu dari korban pembunuhan akhir pekan di Chicago itu, ditembak dalam periode tujuh jam dari Sabtu (2/5) malam hingga Ahad (3/5). Termasuk lima remaja yang terluka dalam penembakan di sebuah pesta di sisi barat Chicago.

Sisi Barat memiliki beberapa lingkungan kota yang paling marak kejahatan. Ratusan orang memenuhi jalan-jalan di sana pada Sabtu (2/5) malam hingga Minggu (3/5) ketika para pengunjung bersuka ria karena memprotes perintah tinggal di rumah.

Walikota Chicago Lori Lightfoot sebelumnya memperingatkan setiap calon pengunjung atau tuan rumah bahwa mereka akan menghadapi penangkapan. “Kami tidak main-main,” kata walikota pada konferensi pers hari Sabtu (2/5).

Namun, peringatan ini tidak menghentikan orang-orang berkumpul di jalanan untuk menari dengan musik keras, dengan tidak menjaga jarak sosial dan tidak memakai masker.

Video yang diposting di media sosial menunjukkan pengunjung pesta membuka botol-botol alkohol dan menari di mobil ketika polisi memantau. Sementara para petugas membubarkan kelompok itu, tidak ada tuntutan yang diajukan.

(sumber: detik.com)