SELAMA minggu pertama Desember 2019, beberapa kasus pneumonia muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei Cina (Malik et al, 2020) dan wabah dinyatakan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada 30 Januari 2020.
OLEH: DR EDY IRWANSYAH*)
Setelah 20 Januari 2020, 282 kasus dikonfirmasi 2019-nCoV telah dilaporkan dari empat negara termasuk Cina (278 kasus), Thailand (2 kasus), Jepang (1 kasus) dan Republik Korea (1 kasus) (WHO, 2020).
Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama untuk penyakit coronavirus baru sebagai COVID-19 (WHO, 2020).
Wabah ini dengan cepat menyebar ke bagian lain Cina dan negara-negara lain di seluruh dunia, meskipun upaya besar-besaran Cina untuk menahan penyakit tersebut ditempat asalnya di provinsi Hubei (Boulos dan Geraghty, 2020).
Menurut angka terbaru COVID-19 dari Dashboard the Centre for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) Amerika Serikat, sejak pertama kali terdeteksi hingga sekarang telah dikonfirmasi, hampir dua juta kasus coronavirus telah ditemukan.
Tercatat dengan jumlah total kematian mencapai 114.290 orang, 428.275 orang pulih dan secara global telah menyebar ke 185 negara (JHU CSSE, 2020).
Ketika coronavirus novel SARS-CoV2 82 melanda Cina dengan sangat parah selama bulan-bulan sejak Desember 2019 hingga Februari 83 2020, Indonesia masih melaporkan tidak ada kasus infeksi sama sekali.
Hanya pada 2 Maret 2020 setelah Presiden Indonesia Joko Widodo melaporkan dua kasus COVID-19 infeksi pertama yang dikonfirmasi di Indonesia (Djalante et al, 2020) dan per 13 April 2020 negara ini telah mencapai 4.241 kasus yang dikonfirmasi dengan 373 jumlah kematian, dan 359 jumlah pemulihan (Pemerintah Indonesia, 2020).
Dibandingkan dengan Severe Acute Respiratory Syndrome CoV-SARS-CoV dengan sekitar 8000 kasus manusia yang dikonfirmasikan dengan 774 kematian atau sekitar 9,5% angka kematian dan pandemic Middle East Respiratory Syndrome-related coronavirus- MERS-CoV yang dikonfirmasi dengan jumlah 919 meninggal dari total 2521 kasus atau mencapai sekitar 35% angka kematian (Malik et al, 2020).
Virus corona COVID-19 menyebar sangat cepat, Sementara MERS-CoV membutuhkan sekitar dua setengah tahun untuk menginfeksi 1000 orang, dan SARS-CoV membutuhkan waktu sekitar 4 bulan yang mana COVID-19 dapat mencapai angka yang sama hanya dalam 48 hari (Boulos dan Geraghty, 2020).
Dengan dampak yang sangat besar, penyebaran sangat cepat dan hingga saat ini telah mencapai lebih dari 185 negara di dunia, diperlukan alat teknologi informasi yang lebih cepat.
Sistem informasi geografis atau GIS terbukti telah memainkan peran penting dalam mengidentifikasi transmisi spasial epidemi, dalam pencegahan spasial dan pengendalian epidemi, dalam alokasi spasial sumber daya, dan dalam deteksi spasial sentimen sosial (Zhou et al, 2020).
Menurut Esri China, 2020, di sinilah dashbord SIG berbasis peta menjadi sangat penting. Dashbord memungkinkan pengambil keputusan dan warga masyarakat untuk memahami situasi terbaru dan memvisualisasikan pola distribusi virus. Jumlah kasus yang dikonfirmasi, kasus yang masih dirawat di rumah sakit untuk diselidiki dan tren virus tersedia dalam sekejap.
Dashbord SIG adalah tampilan informasi geografis yang membantu pengguna memantau situasi atau kegiatan tertentu serta dapat dirancang untuk menampilkan beberapa visualisasi yang bekerja bersama pada satu layar.
Dashbord menawarkan tampilan data yang komprehensif dan menarik untuk memberikan wawasan kunci mengenai pengambilan keputusan yang cepat (Esri, 2020).
Menurut Esri, 2020, sistem informasi geografis (SIG) adalah kerangka kerja untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data.
SIG mengintegrasikan banyak jenis data menganalisis lokasi spasial dan mengatur lapisan informasi ke dalam visualisasi menggunakan peta dan visualisasi 3D.
Dengan kemampuan unik ini, SIG dapat mengungkapkan maknayang lebih dalam tentang data, seperti pola, hubungan, serta membantu pengguna membuat keputusan yang lebih cerdas, mengomunikasikan dan memvisualisasikan hubungan antara lokasi dan kesehatan menggunakan peta telah ada sejak 1694 dalam epidemi di Italia, layanan untuk memahami dan melacak penyakit menular, seperti demam kuning, kolera, dan influenza pada pandemi 1918 meskipun baru pada 1960-an.
Setelah adanya GIS sehingga kemampuan untuk menganalisis, memvisualisasikan, dan mendeteksi pola spasial mengenai penyakit meningkat secara dramatis (Boulos dan Geraghty, 2020).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lyseen et al, 2014 pada literatur GIS untuk kesehatan menemukan bahwa ada 248 dari 865 publikasi di sektor kesehatan (28,7%) yang berfokus pada penyakit menular.
Pengembangan dashboard sebagai media pemantauan di sektor kesehatan dikembangkan setelah dashboard operasi Esri pertama dirilis pada 2013, tujuannya adalah untuk menyediakan pengguna dengan alat untuk membantu mereka mendapatkan pandangan operasional real-time dari orang, layanan, aset, dan kegiatan.
Sebelumnya kita hanya memiliki kemampuan dan revolusi dalam kesehatan geografi terapan melalui alat berbasis web (Boulos dan Geraghty, 2020).
Menurut CEO Esri Indonesia Achmad Istamar, Geoportal COVID-19 merupakan sarana informasi kesehatan yang mengintegrasikan informasi dari instansi pemerintah terkait dan memvisualisasikannya pada dashbord pemetaan. Sehingga dapat menyajikan gambaran yang aktual kepada para pengguna mengenai wabah tersebut saat kasusnya terungkap.
Di saat seperti ini, ketersediaan data dan informasi dari pihak yang berwenang untuk seluruh otoritas lokal dan masyarakat sangat penting dalam merencanakan tindakan pencegahan demi mencegah penularan virus secara lokal, yang menjadi permasalahaan sekarang khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah adalah adalah bahwa hingga saat ini belum tersedia mekanisme untuk penyediaan dan visualisasi informasi yang near real time khsusunya untuk pandemic COVID-19 tersebut.
Atas dasar kebutuhan informasi yang cepat mengenai penyebaran COVID-19 di Sulawesi Tengah dan atas dukungan teknologi Esri Indonesia, penulis berinisiatif untuk mengembangkan dashboard berbasis SIG untuk dapat digunakan bagi pemerintah daerah guna memantau Situasi Covid-19 di seluruh kabupaten kota di Provinsi Sulawesi Tengah.
Sementara ini dashboard memuat informasi dalam bentuk Peta mengenai jumlah dan penyebaran kasus di masing-masing kabupaten kota, jumlah orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) baik dalm bentuk teks maupun grafis serta informasi tekstual mengenai kasus yang dinyatakan sembuh serta pasien yang meninggal.
Sementara ini dashboard dapat diakses pada link sebagai berikut:
*) Penulis adalah Dosen dan Peneliti di School of Computer Science (SoCS) Bina Nusantara University Jakarta