SultengTerkini.Com, PALU– Operasi Tinombala yang saat ini sedang berjalan di Sulawesi Tengah (Sulteng), khususnya di Kabupaten Poso tidak bisa hanya penegakan hukum saja, tetapi harus juga ditangani secara komprehensif.
Operasi secara komprehensif itu tentunya tidak bisa hanya kepolisian dan TNI saja, tetapi juga melibatkan peran dari stakeholder lain.
Demikian dikatakan Kapolda Sulteng, Irjen Polisi Syafril Nursal kepada jurnalis SultengTerkini.Com di ruang kerjanya, Senin (18/5/2020).
Kapolda Syafril menegaskan, jika ingin Operasi Tinombala itu segera selesai, maka harus ada peran lembaga lain melalui pendekatan secara agama, pengawasan masyarakat, sosial, ekonomi, dan psikologi.
“Jadi tidak cukup hanya dengan operasi penegakan hukum saja kalau kita ingin cepat menyelesaikan,” kata mantan Direktur Narkoba Polda Riau itu.
Berdasarkan data kata dia, terjadi fluktuasi jumlah anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso, sudah beberapa orang ditangkap, nanti ada lagi yang bergabung, sehingga itulah yang membuat Operasi Tinombala tidak berhenti.
Oleh karenanya kata Kapolda Syafril, Operasi Tinombala memerlukan keterlibatan pihak-pihak lain, tidak cukup hanya dari Polri dan TNI.
Seperti di bidang agama, mesti ada peran dari tokoh agama, kemudian pendekatan psikologis terutama bagi yang eks anggota MIT karena mereka pernah terlibat, sehingga perlu dibina secara psikologis.
Kemudian pendekatan secara sosial dan ekonomi juga harus dibangun agar mereka tidak berpikir untuk melakukan kegiatan radikal karena sudah mengurus pekerjaannya.
Seperti bagaimana mereka dikembangkan menjadi petani yang baik, nelayan, pedagang, tukang, dan itu harus dilakukan oleh lintas sektor untuk kegiatan ekonominya.
Menurutnya, pekerjaan itu tidak cukup, tidak bisa hanya polisi dan TNI saja, harus melibatkan instansi lain seperti Dinas Sosial, Kementerian Agama, Ketenagakerjaan, Perekonomian, UKM, Dinas Perdagangan, UKM, Pertanian, dan Dinas Kelautan.
“Mestinya (lintas sektor) terlibat, sementara saya lihat ini tidak ada keterlibatannya, hanya polisi dan TNI saja (terlibat), ya tidak mungkin (berhasil), contohnya itu kita tangkap, ada lagi yang naik bergabung, begitu terus,” tutur mantan Kepala Biro Reformasi Birokrasi Staf Perencanaan Polri itu.
Saat ini Tim Satgas Tinombala masih terus memburu sisa anggota MIT yang berjumlah 13 orang, setelah sebelumnya dua orang menyerah dan tiga ditembak mati.
Menurutnya, jumlah itu bisa saja bertambah bila tidak ada peran dari instansi terkait, sehingga dibutuhkan penanganan yang komprehensif dalam rangka penyelesaian Operasi Tinombala.
“Kalau itu kita tidak lakukan, saya pesimis bahwa operasi ini akan berakhir dalam waktu yang dekat,” tegas alumni Akabri tahun 1986 itu. CAL