SultengTerkini.Com, BANGLADESH– Aparat penegak hukum di Bangladesh menangkap seorang remaja lelaki berusia 15 tahun, hanya gara-gara mengkritik Perdana Menteri Sheikh Hasina melalui unggahan di media sosial Facebook
Seperti dilansir AFP, Sabtu (27/6), anggota kepolisian Bhaluka menangkap remaja bernama Mohammad Emon pada Rabu lalu setelah unggahannya di Facebook tersebar.
Emon menulis status di Facebook mengkritik soal aturan pajak ponsel yang dinaikkan menjadi 100 Taka oleh pemerintah Bangladesh.
Status yang ditulis Emon di Facebook berbunyi,”35 sampai 25 Taka (dari total pajak itu) akan diberikan kepada Sheikh Hasina sebagai tunjangan sebagai janda setelah suaminya meninggal”.
Suami Hasina memang meninggal pada 2009.
Akibat status Facebook itu, Emon diadukan oleh petinggi partai Liga Awami, yang berkuasa, di daerah itu kepada polisi.
Dia diadukan dengan Undang-undang Keamanan Digital, dan dituduh menghina pemimpin Bangladesh yang memperlihatkan sikap keibuan.
Kasus itu dilaporkan oleh pengurus partai Liga Awami di Bhaluka, Tofayel Ahammed. Dia mengatakan status Emon memicu kemarahan dari para pendukung Hasina.
Ahammed juga mengungkit latar orang tua Emon yang memang mendukung kelompok oposisi Bangladesh, yakni Partai Nasionalis Bangladesh.
Kepala Kepolisian Bhaluka, Main Uddin, mengatakan Emon lantas memutuskan menghapus status Facebook itu dan menyampaikan permohonan maaf. Akan tetapi, Emon tetap dikirim ke penjara untuk belajar dari kesalahan dan mengubah sikap.
Kasus itu menarik perhatian lembaga pemantau hak asasi manusia, Amnesty International. Mereka menyatakan beleid itu sangat berbahaya karena bisa digunakan sebagai senjata untuk menghukum orang-orang yang berbeda pendapat dengan pemerintah, dan melanggar prinsip kebebasan berpendapat.
“Pemerintah selalu menyasar orang-orang yang mengkritik pemerintah dan partai penguasa,” kata pengkampanye Amnesty International, Saad Hammadi.
Menurut Amnesty International, praktik membungkam para pengkritik Hasina dan tokoh politik partai penguasa di Bangladesh sudah berlangsung sejak dua tahun lalu.
(sumber: cnnindonesia.com)