Adaptasi Kota dan Cuaca Ekstrem yang Semakin Sering Terjadi

Wenas Ganda Kurnia

PERUBAHAN iklim tengah menjadi pembahasan dunia, perubahan yang disebabkan gas-gas rumah kaca yang dikeluarkan secara alami dari alam dan juga gas-gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

OLEH: WENAS GANDA KURNIA*)

Ketika era industri mulai menggeliat pembakaran bahan bakar fosil juga semakin meningkat akibatnya peningkatkan efek rumah kaca di atmosfer terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.

Dampak dari itu semua mengakibatkan bumi semakin panas, bumi yang semakin panas mulai berdampak pada ketidakjelasan siklus iklim, sehingga cuaca ekstrem lebih sering terjadi, banjir atau genangan contohnya.

Beberapa bulan terakhir kita warga Kota Palu dan sekitarnya harus bergelut dengan genangan bahkan banjir di beberapa titik ketika hujan tiba.

Selain perubahan iklim dengan cuaca ekstremnya, pertumbuhan kota juga menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi, sehingga berpengaruh besar terhadap jaringan drainase perkotaan.

Perubahan tata guna lahan dan hujan dengan intensitas yang tinggi adalah sebagian dari masalah drainase.

Genangan atau banjir merupakan salah satu dampak dari jaringan drainase yang tidak berfungsi dengan baik.

Dari data BMKG Palu tahun 1981 hingga 2019 kejadian cuaca ekstrem di Kota Palu lebih sering terjadi, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat contohnya, kemudian hari hujan dan jumlah curah hujan bulanan juga mengalami kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun serta diprediksi cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi kedepannya.

Atas dasar itu pemerintah selaku pemangku dan pembuat kebijakan harus pandai-pandai melakukan perbaikan sistem hidrologi atau drainase.

Kita harus mulai tanggap dengan apa yang terjadi sekarang (adaptasi), adaptasi adalah proses belajar. Rancangan tata kota harus diperbaiki atau diubah agar dapat fleksibel dalam menghadapi tantangan masa depan.

Bagaimana cara rencana adaptasi yang dapat meminimalkan efek terhadap ekonomi lokal dan kehidupan manusia? kota di seluruh dunia terancam dampak dari perubahan iklim, dari cuaca ekstrem.

Apakah yang perlu dipertimbangkan perencana tata kota untuk menjadikan kota-kota sekarang menjadi kota yang lebih tangguh? Apa pilihan adaptasi yang paling tepat?

Yang jelas, jawabannya adalah soal biaya, potensi, dan dukungan sosial politik dari pembuat kebijakan sehingga dapat membantu menyusun prioritas metode adaptasi.

Contohnya persiapan mengatasi banjir, restorasi lahan basah, perbaikan sistem drainase, dan pengelolaan pantai.

Contoh dalam bidang lain, para petani bersama pemerintah mengganti padi biasa dengan padi bibit unggul.

Selain pemerintah yang bekerja, kita sebagai masyarakat harus mendukung dan bersinergi salah satunya contoh kecilnya adalah buanglah sampah pada tempatnya.

Dengan mendukung dan bersinergi dengan program pemerintah dalam adaptasi dalam perubahan iklim bukan tidak mungkin kota kita tercinta ini akan menjelma menjadi kota yang tangguh dalam menghadapi perubahan iklim.

*) Penulis adalah Pengamat Meteorologi dan Geofisika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri-Palu