Wanti-wanti WHO soal Durasi Panjang Pandemi Corona

Foto: Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (FABRICE COFFRINI/POOL/AFP)

SultengTerkini.Com, JAKARTA– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti soal durasi pandemi Corona yang bakal panjang. Selain itu, Komite Darurat mengingatkan soal risiko dari durasi panjang ini.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan bahwa wabah ini kejadian langka yang dampaknya bisa terasa selama puluhan tahun ke depan.

“Pandemi ini adalah krisis kesehatan sekali dalam seratus tahun. Efeknya akan terasa selama beberapa dekade,” kata Tedros saat membuka pertemuan komite darurat pada Jumat (31/7/2020), seperti dikutip dari Reuters.

Hingga saat ini sudah ada sekitar 17 juta kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di seluruh dunia dengan 670 ribu di antaranya meninggal dunia. Amerika Serikat (AS), Brasil, dan India jadi tiga negara penyumbang kasus terbanyak.

Benua Asia disebut mulai menghadapi gelombang kedua dan beberapa negara dilaporkan mengalami resesi ekonomi akibat dampak dari upaya pembatasan.

Sementara itu, lebih dari 150 perusahaan farmasi tengah berlomba-lomba mengembangkan vaksin Corona. WHO memprediksi vaksin paling cepat tersedia pada awal 2021.

Tedros menyebut studi yang berkembang mulai mengungkap sifat-sifat dari virus SARS-COV-2 penyebab COVID-19. Namun ia mengingatkan masih banyak hal yang belum diketahui dan secara umum populasi dunia masih rentan terhadap infeksi.

“Hasil awal berbagai studi serologi menemukan hal serupa: kebanyakan populasi dunia masih bisa terinfeksi virus ini, bahkan pada area yang sudah beberapa kali mengalami wabah parah,” kata Tedros.

Seperti dilansir dari AFP, Ahad (2/8/2020) komite itu “menyoroti durasi panjang pandemi COVID-19 yang diantisipasi ini”. WHO dalam pernyataannya memperingatkan risiko “kelelahan dalam menangani Corona” karena tekanan sosial-ekonomi di negara-negara.

Panel rapat yang digelar pada Jumat (31/8) itu digelar untuk keempat kalinya untuk membahas Corona, setengah tahun sejak deklarasi darurat kesehatan masyarakat internasional (PHEIC) tanggal 30 Januari – tingkat alarm tertinggi WHO.

“WHO terus menilai tingkat risiko global COVID-19 menjadi sangat tinggi,” ujar WHO dalam pertemuan tersebut.

Virus Corona telah menewaskan sedikitnya 680.000 orang dan menginfeksi sedikitnya 17,6 juta orang sejak wabah itu muncul di China Desember 2019.

Tidak mengherankan, panel, yang terdiri dari 17 anggota dan 12 penasihat, dengan suara bulat setuju bahwa pandemi masih merupakan PHEIC.

Beberapa negara di dunia telah memberlakukan lockdown ketat dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran virus, yang juga menjerumuskan ekonomi ke dalam kontraksi tajam.

Komite mendesak WHO untuk memberikan panduan pragmatis tentang manajemen COVID-19 “untuk mengurangi risiko kelelahan dalam merespons Corona dalam konteks tekanan sosial-ekonomi”.

Panel mendesak WHO untuk mendukung negara-negara dalam mempersiapkan peluncuran terapi pengobatan dan vaksin yang telah terbukti.

(sumber: detik.com)