AMMM Nilai Bupati Morowali Gagal Wujudkan Visi Misi

-Morowali, Utama-
oleh

MOROWALI– Pemadaman listrik kerap terjadi di Kabupaten Morowali selama setahun lamanya. Hal ini membuat masyarakat menilai bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali gagal memberikan pelayanan yang maksimal.

Keresahan masyarakat Morowali atas pelayanan listrik yang tak kunjung berjalan normal itu akhirnya dilampiaskan dengan aksi unjuk rasa.

Mewakili warga, Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Morowali (AMMM) mendatangi kantor Bupati Morowali yang berada di kompleks perkantoran Bumi Fonuasingko, Kecamatan Bungku Tengah, Senin (15/11/2021).

Kedatangan mereka tak lain untuk menuntut pertanggungjawaban Bupati Morowali terkait pemadaman listrik yang terus-menerus terjadi hingga hari ini.

Setibanya di depan kantor Bupati Morowali, puluhan orang itu langsung melakukan aksinya dengan membakar ban hingga menimbulkan kepulan asap tebal.

Koordinator Lapangan aksi, Fikar menegaskan, pemadaman listrik yang tak kunjung ada solusinya ini, sangat mengganggu perekonomian masyarakat, utamanya para pelaku UMKM.

AMMM meminta kepada pemerintah kabupaten, utamanya terhadap Bupati Morowali agar bertanggung jawab penuh segera memulihkan kondisi listrik supaya berjalan dengan normal selama 24 jam.

“Hari ini kita bisa rasakan sendiri, pemadaman listrik sudah berlangsung selama 13 bulan lamanya. Tentunya ini bukanlah hal yang singkat untuk kita pikirkan. 13 bulan bukan hal yang mudah untuk kita lalui,” tuturnya.

Fikar mengatakan, permasalahan ini Bupati Morowali Taslim dianggap tidak mampu untuk mewujudkan janji politiknya sebagaimana yang menjadi tagline pasangan Bupati dan Wakil Bupati Morowali, Taslim-Najamudin (Tahajud) yaitu Sejahtera Bersama.

“Ini merupakan pertanda bahwa daerah telah mengalami krisis, mulai dari krisis kepercayaan hingga krisis kelistrikan sampai dengan hari ini. Pemda tidak mampu mengawal kebijakannya. Bahkan dalam visi misi bupati ‘Sejahtera Bersama’ di poin nomor 6 itu sudah jelas bahwa masalah listrik akan menjadi tanggungan bupati. Namun, janji hanya tinggal janji, kata-kata hanya kata-kata, itu adalah omongan politik agar masyarakat dapat tertidur pulas dalam janji-janji mereka,” tegas Fikar dalam penyampaian orasi terakhirnya. SAL

Komentar