LS-ADI: Tolak dan Bubarkan Syiah!

-Utama-
oleh

PALU– Puluhan perempuan yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Lingkar Studi Aksi dan Demokrasi Indonesia (LS-ADI) berunjuk rasa di depan Markas Polda Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Setelah itu aksinya berlanjut di depan Kantor Kementerian Agama Sulteng dan berakhir di depan gedung DPRD Sulteng, Kamis (16/12/2021).

Demonstrasi tersebut melayangkan beberapa tuntutan yaitu, Tutup Pesantren dan Majelis yang Berafiliasi dengan Syiah, Bubarkan Ormas yang Berafiliasi dengan Syiah, serta Tangkap dan Adili Pelaku Pelecehan Seksual di Kampus.

Koordinator Lapangan (Korlap), Rahma Mina mengatakan, Syiah Anti Pancasila yang bercita-cita menggantikan ideologi dengan ideologi imamah. Dasar perjuangan penganut agama Syiah adalah imamah. Merebut kekuasaan dan mengganti ideologi.

“Gerakan pengacau negara, penyebab konflik. Ketika komunitas masih sedikit dia bertaqiyah atau berdusta bahaya laten ini perlu mendapat perhatian dan kewaspadaan. Maka dari itu kami mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya pemerintah untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan akan ancaman gerakan Syiah untuk mencapai target utamanya yaitu menegakkan ideologi imamah, Syiah melakukan cara taqiyah untuk mencapai tujuannya,” jelas Mina sapaan akrabnya.

Menurutnya, perjuangan pengikut Syiah untuk menegakkan ideologi imamah, yang jelas-jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila dan konstitusi negara.

“Maka kami mendesak pemerintah melalui proses hukum untuk melakukan pembubaran institusi atau organisasi Syiah di Indonesia, baik itu IJABI, ABI, atau yayasan-yayasan dan lembaga lain yang berafiliasi kepada gerakan sesat Syiah. Syiah memiliki paham ideologi yang sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta dapat merongrong stabilitas NKRI,” tuturnya.

Momentum peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2021 mendatang dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan atas peran besar dari sosok ibu.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia tak lepas dari peran perempuan di tanah air untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Mina mengatakan, tujuan peringatan Hari Ibu untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan.

Dasar negara Indonesia telah menjamin kesetaraan kaum perempuan dan laki-laki yang tertuang dalam sila ke dua Pancasila yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab.

Hal ini bertentangan dengan agama Syiah dimana perempuan hanya dijadikan obyek pemuas birahi dengan istilah nikah mut’ah.

“Contohnya baru-baru ini publik dibuat geger dengan kabar sosok Herry Wirawan di salah satu pondok pesantren di Kota Bandung, yang tega mencabuli puluhan santriwatinya hingga melahirkan delapan bayi. Kasus ini pun viral dan menjadi polemik di tengah publik. Kami menduga sosok pelaku yang ngakunya ustaz itu merupakan penganut paham syiah,” ungkap Mina.

Selain itu katanya, marak korban pelecehan seksual dilingkungan kampus yang banyak pelakunya adalah dosen. Hal itu telah mencoreng dunia pendidikan. HAL

Komentar