PALU– Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, Sulawesi Tengah menggunakan pendekatan kearifan lokal “nosiala pale”/gotong royong yang dituangkan dalam 11 aksi inovasi dalam upaya menurunkan angka ketengkesan anak.
“Sebagai arah kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, maka pendekatan ini dilakukan secara simultan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pengampuh,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Ilham yang dihubungi di Palu, Rabu (20/7/2022).
Menurut dia, langkah diambil Pemkot Palu dengan skema gotong royong sebagai bentuk komitmen pemda dalam menuntaskan tengkes di daerah tersebut, sebab dampak yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara serius akan berpengaruh terhadap tumbuhkembang anak dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi penerus.
Oleh karena itu, dengan pola pendekatan berbasis kearifan lokal, maka intervensi dinilai lebih mudah dan maksimal karena disesuaikan dengan budaya setempat.
“Gotong royong adalah budaya lokal yang masih kental di tengah masyarakat. Budaya ini yang diadopsi ke dalam program percepatan penanganan tengkes. Artinya harus terjalin kolaborasi lintas sektor, karena persoalan tengkes sangat kompleks dan tidak cukup hanya dilihat dari kacamata kesehatan,” tutur Ilham.
Dia memaparkan, aksi inovasi dilakukan Pemkot Palu sebagai bentuk pencegahan yakni nutrisi pasangan usia subur atau calon pengantin harus dipersiapkan secara awal dan wajib pemeriksaan serta edukasi kesehatan sebelum menikah.
Lalu, pemberian obat cacing dan Vitamin A kepada anak dua kali setahun, pemenuhan sanitasi lingkungan dan akses air bersih serta jamban sesuai standar kesehatan.
“Dari 22.400 BBM balita di Palu, 1.221 balita diantara
nya terkategori tengkes dan segera dilakukan pemulihan gizi menurut data aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM),” ujar Ilham.
Selain itu, ibu hamil, remaja putri dan wanita usia subur wajib mengonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia, termasuk advokasi masyarakat dengan literasi stunting dan edukasi gizi keluarga melalui pemberdayaan, pemanfaatan kearifan lokal yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan melalui pendekatan keluarga terintegrasi.
Dia mengatakan, pemenuhan ASI eksklusif dan imunisasi dasar lengkap merupakan hak anak. Melakukan pemantauan, pengukuran dan penimbangan berat badan balita secara berkala di Posyandu adalah bagian yang tidak dipisahkan dari upaya percepatan penanganan ketengkesan.
“Kami juga memiliki tugas mengatasi kasus ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK) secara komprehensif. Olehnya risiko itu diintervensi melalui pemenuhan gizi ibu hamil dan balita dengan mengonsumsi ikan dan telur secara bergantian,” ucap Ilham.
Dia menambahkan, dinkes juga mengoptimalkan layanan kesehatan masyarakat cepat dan tepat. Sebab penilaian menurunkan prevalensi tengkes menggunakan dua metode penilaian yakni e-PPBGM dan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI).
“Kalau merujuk data e-PPBGM prevalensi tengkes Kota Palu berada di angka tujuh persen, sedangkan dari sisi SSGI pencapaian berada di angka 23 persen atau masih di atas standar nasional 14 persen,” demikian Ilham. ANT
Komentar