PALU– Sebanyak 22 orang dari kalangan aktivis dan mahasiswa berada di Kantor Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tengah (Sulteng), Jalan Sawerigading 3, Kota Palu.
Kehadiran mereka untuk mengikuti pelatihan jurnalistik bertemakan “Jurnalisme Hijau untuk Menyelamatkan Lingkungan dan Peradaban” selama dua hari, mulai 5-6 Agustus 2022.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Walhi Sulteng bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu.
“Pelatihan jurnalistik ini penting bagi kami yang secara profesi bukan jurnalis. Jadi kami harap AJI Palu bisa memberikan pemahaman cara menyampaikan berita ke publik khususnya mengenai masalah lingkungan,” kata Direktur Walhi Sulteng, Sunardi Katili.
Di hari pertama, para peserta lebih dulu dilatih memahami konsep dasar, seperti peran jurnalisme warga dan kode etik jurnalistik (KEJ).
Kemudian pada hari kedua, peserta dibekali kiat keterampilan menulis berita dan mengenal teknik pengambilan gambar baik foto maupun video.
Setelah mendapatkan ilmu jurnalistik secara teori, tahap selanjutnya yakni dengan melakukan liputan ke lapangan. Metode ini digunakan untuk melatih kepekaan aktivis maupun mahasiswa sebagai bagian dari jurnalisme warga.
“Pelatihan ini tidak hanya teori saja, tetapi juga mempraktikkan konsep-konsep jurnalistik. Peserta liputan di sekitar lokasi kegiatan,” kata Ketua Panitia Pelatihan Jurnalistik AJI Palu-Walhi Sulteng, Aldrim Thalara.
Setelah liputan ke lapangan dan tulisan jadi, proses selanjutnya adalah penyuntingan oleh pengurus AJI Palu, yakni dari Sekretaris AJI Palu, Kartini Nainggolan dan salah satu pemateri dari AJI, Rifay.
Felix, seorang peserta menyampaikan bahwa telah mempersiapkan diri untuk mengikuti pelatihan jurnalistik AJI Palu-Walhi Sulteng.
Terlebih, dirinya juga aktif di bagian kampanye masalah lingkungan di sebuah lembaga swadaya masyarakat di Kota Palu.
“Pelatihan ini erat kaitannya dengan aktivitas rutin saya selain sebagai mahasiswa, yakni bagian kampanye. Saya bisa lebih paham dengan alur pemuatan berita serta hak maupun kewajiban jurnalis secara umum. Kegiatan ini memberi saya bantuan,” kata Felix.
Berbeda dengan Felix, peserta lainnya, Yana justru mengaku sedikit kecewa selama mengikuti pelatihan tersebut.
Pasalnya, aktivis dari organisasi Solidaritas Perempuan itu menilai ada satu materi tentang lingkungan tidak sempat dibahas.
“Temanya kan jurnalisme hijau, pokoknya terkait lingkungan. Materi ini sebenarnya saya tunggu-tunggu tetapi tidak ada dibahas. Jadi ya rada-rada kecewa sebenarnya,” ujar Yana.
Lagipula kata Yana, materi-materi tersebut secara teoritis telah diperoleh dari berbagai kurikulum yang dia ikuti sebelumnya.
“Saya tinggal menunggu intinya yaitu soal lingkungan, tapi tidak disampaikan. Namun tidak apa-apalah. Saya menyadari ada beberapa materi tadi yang perlu didalami dan mestinya lebih banyak praktik. Sebab keterampilan melalui teori saja tidak cukup,” tuturnya. CAL
Komentar