Perum Bulog Minta Pemerintah Bentuk Kopti di Sulteng

-Utama-
oleh

PALU– Perum Bulog wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng) mendorong pemerintah setempat agar membentuk koperasi produsen tahu dan tempe Indonesia (Kopti) untuk kemajuan usaha para pelaku bisnis.

“Sebaiknya dibentuk agar pelaku usaha olahan kacang kedelai ini memiliki satu perkumpulan yang bertujuan positif untuk kemajuan usaha dan kesejahteraan para karyawan,” kata Kepala Perum Bulog Sulteng David Susanto di Palu, Rabu (16/11/2022).

Dia menjelaskan ketidakhadiran Kopti berdampak besar terhadap kenaikan harga kacang kedelai baik di pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Palu untuk memenuhi produksi tahu dan tempe.

Adapun kenaikan harga kacang kedelai telah terjadi sejak awal 2022, dari harga Rp 11.000 per kilogram, hingga saat ini telah mencapai Rp 15.000 per kilogram.

“Kalau sudah naik seperti saat ini kami tidak bisa melakukan intervensi harga ke pasar karena tidak sejalan dengan peraturan yang sudah ada di dalam internal Bulog,” jelasnya.

David mengemukakan, intervensi harga kacang kedelai di Pasar tidak dapat dilakukan Bulog secara langsung terhadap para pelaku usaha tahu dan tempe.

Namun, sambung David, intervensi tersebut bisa dilakukan melalui Kopti dengan cara memberikan subsidi harga kacang kedelai hingga pada kisaran harga Rp 10.000 per kilogram.

“Bentuk intervensi yang kami lakukan yaitu dengan cara memberikan subsidi harga kepada pengusaha melalui KOPTI sehingga hubungannya itu antar lembaga bukan individu,” ucapnya.

Sementara itu, Safran Renaldi, salah satu pemilik pabrik tahu di Palu menyampaikan dukungannya terhadap pemerintah untuk membentuk operasi produsen tahu dan tempe Indonesia kota Palu.

“Kami sangat mendukung untuk membentuk Kopti karena kondisi saat ini cukup berat,” jelasnya.

Safran mengakui harus mengeluarkan biaya hingga Rp 1 miliar untuk 3 ton kacang kedelai dengan harga Rp 15.000 per kilogram yang akan diproses menjadi tahu.

“Padahal biaya produksi sebelumnya untuk 3 ton kacang kedelai itu masih Rp 700 juta dengan harga Rp 11.000 per kilogram, sehingga memang ada kenaikan ongkos produksi hingga Rp 300 juta setiap hari,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pembentukan Kopti dapat direalisasikan untuk mencegah kenaikan harga kacang kedelai lebih tinggi lagi. ARA

Komentar