JAKARTA– Duo Hartono bersaudara, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono sempat didapuk sebagai orang terkaya Indonesia pada tahun 2022. Namun, kini posisinya sudah berubah.
Berdasarkan data Real Time Billionaires Forbes, Jumat (17/2/2023), posisi teratas dalam pencarian orang terkaya di Indonesia dipegang oleh Low Tuck Kwong. Pengusaha batu bara yang merupakan pendiri Bayan Resources memiliki kekayaan US$ 25,7 miliar atau Rp 390 triliun (kurs Rp 15.203).
Dengan jumlah harta itu, ia berhasil jadi orang nomor satu terkaya di Indonesia dan nomor 56 orang terkaya di dunia.
Sementara itu, kekayaan Robert Budi Hartono dan Michael Budi Hartono masing-masing sebesar US$ 23,9 miliar dan US$ 23 miliar.
Hal ini menjadikannya orang terkaya nomor 2 di Indonesia serta nomor 63 dan 65 terkaya di dunia.
Berdasarkan catatan detikcom, Low Tuck Kwong berhasil menyalip posisi teratas orang terkaya Indonesia sejak 26 Desember 2022.
Sebagai informasi, salah satu hal yang dicatat Forbes dalam menghitung kekayaan adalah kepemilikan saham. Per 26 Desember 2022, harga saham Bayan (BYAN) yang dimiliki Low Tuck Kwong melejit sangat tinggi sepanjang tahun 2022.
Jika dilihat pada 3 Januari 2022, harga saham BYAN tercatat masih Rp 26.200. Lalu per 26 Desember 2022 pukul 14:00, harga saham BYAN adalah Rp 19.600.
Namun, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 17 November lalu disetujui bahwa perseroan melakukan stock split 1:10.
Artinya, harga saham BYAN yang saat itu Rp 94.500 menjadi Rp 9.450 setelah stock split.
Langkah ini diambil karena saham BYAN dinilai terlalu tinggi, sehingga ditakutkan konsumen kehilangan minat membeli.
Seandainya stock split tidak dilakukan, maka harga saham BYAN per 26 Desember 2022 mencapai Rp 196.000.
Dari pertumbuhan saham inilah Low Tuck Kwong mengumpulkan pundi kekayaan. Jika tanpa stock split maka kenaikan saham BYAN dari 3 Januari hingga 26 Desember 2022 mencapai 653%.
Low Tuck Kwong sendiri tercatat memegang saham BYAN sebanyak 2.031.157.287 lembar.
Selain memiliki perusahaan batu bara Bayan Resources, Low Tuck Kwong juga mengendalikan perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan Singapura, Metis Energy yang sebelumnya dikenal Manhattan Resources. Low Tuck Kwong memiliki peran di The Farrer Park Company, Samindo Resources dan Voksel Electric.
Tak cuma itu, ia juga terlibat di SEAX Global yang membangun sistem kabel bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia dan Malaysia.
Sementara, dikutip dari laman Bayan Resources, pada 1973 Low Tuck Kwong mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yakni kontraktor pekerjaan tanah, pekerjaan sipil dan struktur kelautan.
Perusahaan dengan cepat menjadi pelopor dalam pekerjaan pondasi tiang pancang yang kompleks dan kontraktor terkemuka di Indonesia pada periode 1980 dan 1990-an.
Pada 1988, JSI masuk ke kontrak tambang batu bara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka ketika Low Tuck Kwong mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasapratama (DPP) pada 1998.
Pada saat GBP belum memulai penambangan dan Terminal Batubara Balikpapan di bawah DPP memiliki kapasitas 2,5 juta ton per tahun.
Di bawah Low Tuck Kwong, Bayan Group bertransformasi menjadi perusahaan tambang batu bara. Bayan Group dibentuk melalui sejumlah akuisisi strategis di sektor batu bara.
(sumber: detik.com)
Komentar