Sepekan Sulteng Masih Berpotensi Cuaca Ekstrem

-Utama-
oleh

PALU– Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) masih berpotensi dilanda cuaca ekstrem sepekan ke depan akibat tumbuhnya awan konveksi atau awan hujan di atas laut Sulteng.

“Potensi ini perlu diwaspadai bersama karena tingkat kelembaban udara cukup kuat sehingga pertumbuhan awan konveksi juga cepat,” kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Nur Alim di Palu, Kamis (13/7/2023).

Meski sejumlah daerah di Indonesia mulai mengalami kekeringan dampak El Nino, katanya, Sulteng justru masih terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

Kondisi ini, katanya, salah satunya dipicu topografi, sebab karakteristik Sulteng berbeda dengan daerah lain di mana pola hujan rata-rata tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan atau tergolong daerah non zona musim (non zom).

Oleh karena itu, saat daerah lain mengalami kekeringan justru provinsi ini masih dilanda hujan atau kemarau basah.

“Kewaspadaan perlu ditingkatkan menyikapi fenomena ini, terutama di sektor transportasi darat, laut dan udara,” ujarnya.

Pada Juli hingga September, Sulteng mengalami puncak musim hujan kedua, dengan kebanyakan bencana hidrometeorologi masih berpotensi terjadi di provinsi ini.

Meski begitu, katanya, warga tidak perlu panik namun kewaspadaan tetap ditingkatkan sebagai bentuk mitigasi menghadapi berbagai ancaman bencana hidrometeorologi.

“Meskipun nanti di Bulan Oktober hingga Desember masuk musim kemarau, namun hujan diperkirakan masih tetap ada,” ucap Alim.

Dia menambahkan status peringatan dini cuaca berbasis dampak di Sulteng masih berada di tingkat siaga dan waspada.

Sebagaimana hasil pemutakhiran data prakiraan cuaca hari ini, BMKG menetapkan status waspada terhadap sembilan daerah di Sulteng dalam tempo dua hari ke depan.

Sebanyak sembilan daerah tersebut, yakni Kabupaten Morowali, Morowali Utara, Banggai, Poso, Tojo Unauna, Parigi Moutong, Sigi, Donggala, dan Kota Palu.

“Pada kondisi ini, selain kewaspadaan sektor transportasi, juga daerah-daerah yang memiliki riwayat bencana hidrometeorologi utamanya kawasan bantaran sungai antisipasi dampak banjir, longsor pada kawasan lereng, maupun angin kencang atau puting beliung,” kata dia. ARA

Komentar