GAZA– Di Gaza, yang sangat terluka setelah kampanye pengeboman genosida Israel selama 15 bulan, warga mulai mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadan dengan menghiasi jalan-jalan dan rumah-rumah dengan lentera, spanduk, dan bendera warna-warni.
Meskipun kehancuran yang luas akibat perang Israel, warga Palestina di Jalur Gaza berusaha membangun kembali komunitas mereka dengan simbol-simbol keimanan dan ketangguhan.
Dekorasi buatan tangan, bulan sabit yang bersinar, dan lampu warna-warni kini tergantung di antara gedung-gedung, menghadirkan rasa persatuan dan harapan menjelang dimulainya bulan puasa umat Islam akhir pekan ini.
Bagi banyak orang, persiapan ini berfungsi sebagai pengingat akan ketangguhan dan kekuatan spiritual dalam menghadapi kesulitan.
Keluarga-keluarga tampaknya bertekad menjunjung tinggi semangat bulan suci dan melanjutkan kebiasaan Ramadan mereka.
Namun, bagi banyak orang yang kini kehilangan tempat tinggal akibat perang, kendala keuangan membuat mereka tidak dapat membeli dekorasi atau mempersiapkan diri menyambut bulan suci seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
Pemilik toko Hosam Al-Ajooz mengatakan pada tahun-tahun sebelumnya musim Ramadan adalah yang paling menguntungkan, namun tahun ini keadaannya jauh lebih lambat.
Sambil memajang lentera di luar tokonya di Gaza, Al-Ajooz berkata, “Orang-orang masih menderita, tidak banyak pergerakan di pasar.” Selain kekurangan dana, orang-orang juga menimbun barang tanpa fasilitas, termasuk listrik. “Lentera membutuhkan listrik,” ujar Al-Ajooz, “Jadi (kami hanya menjualnya) sebagai hiasan.”
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, hampir 1,5 juta warga Palestina kehilangan rumah atau tempat berlindung setelah serangan bom Israel.
Perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan telah berlaku di Gaza sejak 19 Januari, menghentikan perang Israel yang menewaskan 48.350 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan membuat daerah kantong itu hancur.
(sumber: sindonews.com)
Komentar