GAZA– Pemimpin gerakan perlawanan Houthi Yaman, Abdul-Malik al-Houthi, dengan tegas memperingatkan rezim pendudukan Israel agar tidak memulai kembali perang Gaza.
Dia menekankan bahwa setiap dimulainya kembali pertempuran akan mengakibatkan serangan balasan yang menargetkan wilayah yang diduduki Israel, khususnya Tel Aviv.
Abdul-Malik al-Houthi menyampaikan pernyataan tersebut dalam pidato yang disiarkan langsung dari ibu kota Yaman, Sana’a, pada Sabtu larut malam, pada malam pertama bulan suci Ramadhan.
“Kami menegaskan kembali pendirian teguh kami serta komitmen keagamaan, kemanusiaan, dan moral yang kuat untuk mendukung rakyat Palestina dan para pejuang dari berbagai kelompok perlawanan, terutama Brigade Qassam – sayap militer Hamas,” katanya, dilansir Press TV.
Pimpinan Houthi itu mencatat bahwa Yaman memantau dengan saksama upaya Israel untuk mengabaikan kewajibannya berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza dan menghindari persyaratan fase kedua gencatan senjata yang rapuh mengenai pembebasan tahanan.
Houthi menekankan bahwa keberadaan musuh Zionis akan terancam dan Tel Aviv akan menjadi target utama jika Israel melanjutkan perang di Gaza.
Ia menyatakan bahwa pasukan Yaman akan melakukan intervensi di berbagai front militer untuk mendukung Gaza jika rezim Tel Aviv melanjutkan serangan berdarahnya terhadap wilayah pesisir yang terkepung itu.
Pernyataan itu muncul setelah otoritas penyiaran Israel melaporkan bahwa tentara Israel sedang bersiap untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza jika tidak ada kesepakatan yang dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata.
“Mencapai ketenangan di Gaza membutuhkan kesepakatan aktif; jika tidak, hanya ada dua pilihan, yaitu pembebasan tahanan atau perang,” katanya, mengutip sumber keamanan senior Israel.
Penyiar tersebut juga mengutip sumber yang dekat dengan perdana menteri Benjamin Netanyahu, yang mengatakan bahwa ia tidak tertarik untuk beralih ke tahap kedua dari kesepakatan pertukaran tahanan-tawanan.
Hamas telah menolak usulan Israel untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata di Gaza, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menekan rezim pendudukan agar melanjutkan ke fase kedua kesepakatan tersebut.
Didukung oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya, Israel melancarkan perang di Gaza setelah Hamas dan gerakan perlawanan Palestina lainnya yang berbasis di Gaza melakukan Operasi Banjir Al-Aqsa terhadap rezim Israel sebagai tanggapan atas kampanye penindasan selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.
Perang genosida Israel di Gaza telah mengakibatkan tewasnya sedikitnya 48.388 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta 111.803 lainnya terluka sejak awal Oktober 2023.
Gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, yang menghentikan kampanye agresif Israel terhadap wilayah pesisir tersebut.
(sumber: sindonews.com)
Komentar