PERESMIAN PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) oleh Presiden Joko Widodo pada 29 Mei 2015 menandai dimulainya program hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah (Sulteng). Peresmian itu menjadi tonggak kebangkitan ekonomi Bumi Tadulako.
OLEH: AGUS PANCA SAPUTRA/*
Sebelum hilirisasi nikel di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulteng adalah daerah tertinggal. Guna mendukung pembangunan daerah, Sulteng hanya mengandalkan sektor pertanian, perkebunan dan konsumsi pemerintah.
Makanya, angka kemiskinan di daerah ini terbilang tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng, jumlah penduduk miskin di Bumi Tadulako pada tahun 2009 tercatat sebesar 498.800 jiwa atau 18,89 persen!.
Namun, kehadiran PT IMIP mampu membalikkan keadaan. Angka kemiskinan menurun tajam. Tak hanya itu, IMIP menjadi magnet masuknya investasi di provinsi ini.
Pada 2015, realisasi investasi dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp12 triliun. Angka ini dua kali lebih banyak dibanding target realisasi investasi Sulteng tahun 2014 sebesar Rp5,2 triliun.
Selain PT IMIP di Kabupaten Morowali, investasi besar-besaran juga terlihat dengan masuknya perusahaan gas PT Donggi Senoro LNG di Kabupaten Banggai dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sulewana di Kabupaten Poso.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulteng mencatat, hilirisasi nikel mendongkrak realisasi investasi Sulteng setiap tahun.

Pada 2016, realisasi investasi di Sulteng naik menjadi Rp17,35 triliun. Pada tahun 2017, realisasi investasi sedikit menurun menjadi Rp14,2 triliun lalu naik hampir dua kali lipat di tahun 2018 menjadi Rp21,7 triliun.
Pada 2019, investasi yang masuk ke Sulteng mencapai Rp31,5 triliun dan Rp30,88 triliun di tahun 2020. Seiring dengan pandemi Covid-19, investasi yang masuk tahun 2021 tercatat sebesar Rp5,74 triliun.
Pasca pandemi di tahun 2022, realisasi investasi di Sulteng mampu menembus angka Rp111,8 triliun. Lalu turun menjadi Rp83,61 triliun di tahun 2023 dan melejit kembali di tahun 2024 di angka Rp139,88 triliun.
Besarnya realisasi investasi ini ditopang oleh masuknya perusahaan-perusahaan asing di Kawasan Industri PT IMIP di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
PENDUDUK MISKIN BERKURANG
Masuknya sejumlah perusahaan ke dalam kawasan PT IMIP membuat ekonomi makin menggeliat. Warga yang sebelumnya menganggur kini telah memperoleh pekerjaan. Sektor-sektor riil seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ikut bertumbuh dan memberi pengaruh besar dalam penurunan angka kemiskinan.
Berdasarkan data BPS Sulteng, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2015 tercatat sebanyak 406.340 jiwa atau 14,07 persen. Hingga maret 2025, jumlah penduduk miskin yang tersebar di 12 kabupaten dan 1 kota berkurang menjadi 356.190 jiwa atau 10,92 persen. Dengan demikian, dalam sepuluh tahun, sebanyak 50.150 jiwa terangkat taraf hidupnya!.

Peningkatan pembangunan dan penurunan angka kemiskinan juga sangat terlihat di Kabupaten Morowali, sebagai ring satu kawasan industri PT IMIP. Pada tahun 2017, jumlah penduduk miskin di kabupaten itu tercatat sebanyak 16.990 jiwa atau 14,55 persen dari jumlah penduduk.

Hingga akhir tahun 2024, penduduk miskin kini berjumlah 14.990 jiwa atau 11,55 persen.
PERPUTARAN UANG TINGGI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulteng menyebutkan bahwa kehadiran PT IMIP menumbuhkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali. Hingga April 2025, nilai PDRB Morowali tercatat sebesar Rp173,86 triliun. Angka ini naik 10 persen dibanding PDRB 2023 sebesar Rp158,04 triliun.
Sektor industri pengolahan yang berkembang pesat di kawasan IMIP menuntut terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja dari tahun ke tahun.
Head of HR and Training PT IMIP, Achmanto Mendatu, mengungkapkan bahwa per 3 Mei 2025, jumlah karyawan di kawasan IMIP mencapai 85.423 orang atau meningkat 2,3 persen dibandingkan jumlah karyawan tahun 2024 sebanyak 83.272 orang. Angka ini belum termasuk jumlah buruh alih daya perusahaan kontraktor.
Dari jumlah karyawan ini, diproyeksi potensi perputaran uang di Kabupaten Morowali mencapai Rp338 miliar per bulan.

AKTIVITAS ekonomi di Kecamatan Bahodopi menggeliat sejak hadirnya PT IMIP. Perputaran uang di kabupaten itu mencapai Rp338 miliar per bulan. FOTO: DOK IMIP
Ekonom Yunior Fungsi Perumusan Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Provinsi Sulteng, Pinehas Danu Arvito, menjelaskan, peredaran uang dari transaksi ekonomi yang tinggi di area Bahodopi dan Morowali menandakan pertumbuhan ekonomi di area tersebut berlangsung cepat.
“Kenyataan di Morowali nilai outflow besar, artinya orang Morowali itu (tingkat frekuensi) belanjanya kuat. Uang dipakai untuk aktivitas perekonomian, tidak mengendap di tabungan,” kata Arvito belum lama ini.
Tingginya perputaran uang tersebut juga akibat bertumbuhnya UMKM di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
Head of Media Relations Department PT IMIP, Dedy Kurniawan menuturkan, lonjakan jumlah usaha dalam lima tahun terakhir di Kecamatan Bahodopi mencapai 62,7 persen. Pada Maret 2025, jumlah usaha mengalami peningkatan menjadi 7.643 unit.
Aktivitas UMKM di Kecamatan Bahodopi memacu penyerapan tenaga kerja hingga 16.705 orang. Ragam UMKM ini didominasi tiga jenis usaha dengan jumlah unit terbanyak, kios sembako yang juga menjajakan pertamini (981 unit), stan minuman (735 unit) dan warung makanan semi permanen (670 unit). Ada pula kios (648 unit), warung makan (591 unit), konter ponsel (274 unit) dan bengkel (274 unit). Selebihnya, terdapat toko pakaian, sepatu dan alat pelindung diri (263 unit), hingga kios ukuran menengah (246 unit).
KERAP DISERANG HOAX
Meski telah memberi dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat di daerah maupun pemerintah pusat, hilirisasi nikel oleh PT IMIP di Morowali tak selalu berjalan mulus. Ada saja pihak-pihak yang tidak senang dengan kehadiran perusahaan itu.
Sejumlah berita bohong atau hoax disebarkan baik di media sosial maupun media arus utama. Terjadinya satu insiden kecelakaan kerja menjadi isu utama dan kerap diputarbalikkan dari fakta sebenarnya.
Narasi-narasi seperti PT IMIP melakukan genosida buruh atau sengaja mencemari sungai untuk meracuni para nelayan masih kerap beredar di dunia maya. Adapula informasi palsu yang menyebut bahwa karyawan IMIP menyebar virus monyet dari China ke Indonesia.
Padahal sejatinya tidak demikian. PT IMIP senantiasa memperhatikan hak-hak para karyawan dan lingkungan.
Sejumlah program seperti beasiswa untuk karyawan berprestasi, bantuan pendidikan bagi keluarga karyawan maupun beasiswa bagi mahasiswa Sulteng dan perguruan tinggi ternama di Indonesia telah disalurkan. Di sektor lingkungan, PT IMIP terus menjalankan program-program terbaik yang bermanfaat besar bagi masyarakat lingkar kawasan maupun masyarakat yang berada di luar kawasan.
Presiden Komisaris PT IMIP, Halim Mina, berkomitmen dalam menyejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Dalam berbagai program lingkungan seperti menanam pohon mangrove, Halim Mina kerap berpartisipasi langsung.
Halim Mina mengatakan, penanaman mangrove merupakan inisiatif dan bentuk kepedulian perusahaan yang tujuannya menghindari dampak dan kerusakan lingkungan.
“Ini merupakan bentuk kepedulian dan komitmen kami terhadap lingkungan. Jadi tidak benar kalau ada yang bilang PT IMIP tidak peduli dengan lingkungan karena kami tidak semata-mata hanya mencari keuntungan saja,” tegas Halim Mina sebagaimana termuat dalam Majalah Klaster IMIP edisi 3 tahun 2017 lalu.
Saat menjadi pembicara di Universitas Tadulako, peraih Hall of Fame 2015 Bidang Tambang dari Asia Pasific Enterprise Awards tersebut menjelaskan bahwa PT IMIP dijalankan dengan tiga prinsip dasar hidup dan usaha yakni unity (kesatuan), purity (kemurnian), dan divinity (keilahian atau ketuhanan).
“Terkadang sesuatu terjadi tidak sesuai harapan, jangan berkecil hati, dan tetap berjuang. Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan, jangan takut mencoba!,” pungkas Halim Mina memotivasi.
IMIP ADALAH HARAPAN
Tak sedikit masyarakat Sulawesi Tengah yang merasakan perubahan taraf hidup sejak kehadiran PT IMIP. Perusahaan yang memproduksi berbagai produk turunan nikel seperti Nickel Pig Iron (NPI), nickel matte, Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), produk baja seperti stainless steel dan carbon steel, aluminium elektrolit, furochrome, lithium hydroxide, lithium carbonate, dan bahan baku baterai kendaraan listrik ini memberi mereka harapan dalam menatap masa depan yang lebih baik.
Utami Pratiwi (24), warga Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi bukanlah karyawan PT IMIP. Berbekal keahliannya, Utami membuka usaha salon kecantikan di desa itu. Sementara suaminya, Yusuf (32), berjualan sayur mayur.
Jerih payah mereka dalam memanfaatkan peluang membuahkan hasil. Utami dan suaminya mampu membeli kendaraan angkutan barang, kendaraan pribadi, mengumrohkan orang tuanya dan membiayai pendidikan adiknya di Kota Palu.
“Alhamdulillah karyawan IMIP jadi pelanggan tetap kami,” tuturnya singkat.
Senada diungkap Muhammad Iqbal (32), supir bus karyawan PT IMIP. Bagi Iqbal, IMIP adalah perusahaan paling berkesan. Selain bisa membantu orangtua dan kakaknya di Kota Palu, di perusahaan IMIP dia mendapat jodoh, seorang perawat di Klinik IMIP.
“Saya sudah banyak kerja di perusahaan, tapi IMIP ini paling berkesan. Mudah-mudahan saya bisa terus bekerja di IMIP,” harapnya. ***










Komentar