GAZA– Sayap bersenjata Hamas mengatakan setelah para pejuangnya kembali dari garis depan, mereka mengonfirmasi “ledakan alat peledak anti-tank di satu kendaraan Hummer, yang menewaskan dan melukai tentara musuh di wilayah Qizan al-Najjar”.
Pernyataan di Telegram menyebutkan kelompok tersebut juga menargetkan buldoser militer D9 dengan ranjau darat peledak di wilayah as-Sikka, selatan Khan Younis, di Gaza selatan. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan kapan serangan ini terjadi.
Sementara itu, Israel tidak bekerja sama dalam pencarian jenazah tawanan. Pemerintah Israel tetap pada pendiriannya, menuduh Hamas mengetahui keberadaan jenazah para tawanan, menolak atau menunda pengambilan jenazah tersebut, dan hal itu memicu kemarahan dan tekanan di dalam negeri Israel.
Namun di sisi lain, semua orang tahu bahwa ini akan menjadi tugas yang sulit. Faktanya, ketika tentara Israel meledakkan berton-ton bahan peledak untuk meratakan seluruh lingkungan dan komunitas, ada peringatan bahwa hal ini akan mempersulit pencarian jenazah tawanan Israel, dan itulah yang Anda saksikan.
Israel juga tidak bekerja sama dengan negara-negara yang memberikan bantuan untuk kemungkinan mencari jenazah tersebut. Turki, misalnya, siap mengirimkan 81 ahli untuk pencarian jenazah, dan Israel belum mengizinkannya masuk.
Israel juga tidak mengizinkannya menyediakan peralatan yang mungkin dapat memfasilitasi hal tersebut.
Sementara itu, semua orang siap untuk pembukaan perlintasan Rafah, kecuali Israel. Pasukan pemantau Uni Eropa siap, Otoritas Palestina siap memikul tanggung jawab pemeriksaan paspor, dan Mesir juga siap. Selain barang-barang yang sangat dibutuhkan, 170.000 warga Palestina terluka.
Ribuan dari mereka membutuhkan perawatan medis segera di luar Gaza. Evakuasi mereka hanya dapat dilakukan melalui perlintasan Rafah.
(sumber: sindonews.com)











Komentar