GAZA– Faksi-faksi Palestina menegaskan kembali sikap bersatu mereka terhadap aneksasi Israel atas Tepi Barat yang diduduki dan penggusuran warga Palestina di Gaza. Itu sebagai tuntutan seperti kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.
Menutup pertemuan dua hari yang diselenggarakan oleh Mesir pada hari Jumat, faksi-faksi tersebut menekankan bahwa tahap saat ini membutuhkan “sikap nasional yang bersatu,” menolak segala bentuk aneksasi dan penggusuran di Gaza, Tepi Barat, dan al-Quds.
Mereka mengecam persetujuan awal parlemen Israel (Knesset) untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki sebagai “agresi serius terhadap identitas dan eksistensi Palestina.”
Melansir Press TV, pertemuan tersebut diadakan di tengah upaya internasional untuk mengkonsolidasikan perjanjian gencatan senjata Gaza yang dicapai awal bulan ini dan untuk mengatasi dampak perang genosida Israel.
Beberapa faksi Palestina menghadiri pertemuan tersebut untuk membahas perkembangan terbaru perjuangan Palestina dan fase kedua rencana gencatan senjata Presiden AS Donald Trump, sebagai persiapan untuk mengadakan dialog nasional yang komprehensif guna memulihkan persatuan nasional.
Dalam komunike bersama, faksi-faksi Palestina menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza, pencabutan penuh pengepungan yang diberlakukan di wilayah tersebut, dan segera dimulainya proses rekonstruksi komprehensif Jalur Gaza.
Mereka menyatakan dukungan mereka terhadap komite sementara yang terdiri dari para teknokrat untuk menjalankan Gaza pascaperang, bekerja sama dengan negara-negara Arab dan lembaga-lembaga internasional, menekankan bahwa persatuan nasional adalah respons yang “menentukan” terhadap kebijakan Israel.
Pernyataan tersebut juga menyerukan penerapan semua langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Gaza, dan menekankan pentingnya penerbitan resolusi PBB mengenai pengerahan pasukan internasional sementara untuk memantau gencatan senjata.
Seorang juru bicara gerakan Hamas telah menyerukan tekanan kepada Israel untuk memenuhi kewajibannya terkait perjanjian gencatan senjata.
Sementara itu, faksi-faksi tersebut mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti melanggar hak-hak tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Mereka sepakat untuk mempersiapkan pertemuan seluruh kekuatan dan faksi Palestina guna menyatukan visi dan mengaktifkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang digambarkan sebagai “satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina,” sehingga mencakup semua komponen dan kekuatan aktif rakyat Palestina.
Pernyataan tersebut menyerukan agar hasil pertemuan tersebut menjadi titik awal yang sejati bagi persatuan nasional yang sejati untuk membela hak rakyat Palestina atas kehidupan, martabat, kebebasan, penentuan nasib sendiri, dan pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan al-Quds sebagai ibu kotanya, sekaligus menjamin hak kembali bagi para pengungsi.
Israel sejauh ini telah menewaskan hampir 70.000 warga Palestina sejak melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023, sebelum kesepakatan gencatan senjata dicapai di jalur tersebut awal bulan ini.
Kesepakatan ini menandai tahap pertama dari rencana gencatan senjata Gaza yang terdiri dari 20 poin dari Presiden AS Donald Trump, dengan tahapan selanjutnya akan dinegosiasikan di kemudian hari.
(sumber: sindonews.com)















Komentar