SultengTerkini.Com, PALU– Beberapa pekan pascagempa, likuifaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, warga setempat masih enggan mengonsumsi ikan laut. Hal itu terlihat dari banyaknya pedagang ikan laut di beberapa pasar tradisional Kota Palu pulang dengan tangan hampa karena dagangannya tak laku.
“Saya menjual ikan laut di pasar ini lima hari usai gempa tapi tidak ada yang laku. Kebanyakan yang laku terjual hanya ikan bandeng dan mujair katanya ikan laut bikin takut nanti makan bangkai mayat,” jelas Erny (41), salah seorang pedagang ikan di Pasar Inpres Manonda, Senin (22/10/2018) sore.
Namun kini kata Erny, setelah memasuki pekan ketiga pascagempa warga Palu sudah mulai mengonsumsi ikan laut.
Meski harganya turun, ia mengakui minat warga membeli ikan laut masih minim.
Biasanya harga ikan laut katombo satu tusuk isi 5 ekor dibanderol seharga Rp20ribu, kini hanya dijual Rp10 ribu atau Rp20 ribu tujuh ekor, ikan Cakalang satu ekor Rp15 ribu turun menjadi Rp10 ribu.
“Saya bersyukur sudah ada yang beli. Tiap hari saya bawa empat termos ikan laut tidak laku jadi hanya dikeringkan. Satu termos itu harganya Rp400 ribu. Tapi sudah ada yang laku, biar hanya setengah termos yang penting sudah ada warga makan ikan laut,” keluh Erniwati yang ditemui media ini di Pasar Inpres Manonda.
Sementara itu, Kadis Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo mengimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir mengonsumsi ikan laut.
Pasalnya meski berasal dari daerah bencana yang menyebabkan jatuhnya korban hingga ribuan jiwa, ikan dari laut sekitarnya layak dan aman untuk dikonsumsi manusia.
“Peluang (ikan makan jasad manusia) itu sangat kecil. Bahkan kemungkinannya tidak sampai 0,001 persen. Tidak mungkin juga ikan mau makan mayat utuh begitu. Karena tidak semua ikan memakan daging,” tuturnya. SAH
Komentar