Pascagempa, Nelayan Donggala Butuh Alat Tangkap

WhatsApp Image 2018-11-12 at 22.27.02
RESES anggota DPRD Sulawesi Tengah, Muhammad Masykur di posko pengungsi Lapangan Tambobo Dusun 3 Desa Tanjung Padang Sirenja, Kabupaten Donggala, Ahad (11/11/2018). FOTO: IST

SultengTerkini.Com, DONGGALA– Pasca bencana gempa dan tsunami sejumlah nelayan di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah mendesak pemerintah daerah segera mengupayakan program pemulihan terhadap nelayan, khususnya bagi mereka yang kini tidak lagi memiliki alat tangkap.

Kondisi seperti itu merata di hampir seluruh wilayah kecamatan yang porak poranda disapu tsunami seperti di wilayah pesisir Kacamatan Tanantovea, Sindue, Sindue Tobata, Sindue Tombusabora, Sirenja dan Banawa serta di beberapa wilayah lainnya.

Anggota DPRD Sulteng, Muhammad Masykur saat ditemui di sela-sela kunjungan reses di Kecamatan Sirenja, Ahad (11/11/2018) mengatakan, dalam kondisi  seperti ini mestinya sedapat mungkin pemerintah daerah bergerak cepat.

Hal yang urgen segera dipastikan adalah penguatan data. Data menjadi sesuatu yang wajib dipastikan keakuratannya oleh pemerintah daerah.

Masykur menuturkan, nelayan saat ini butuh difasilitasi alat tangkap agar dapat memiliki sumber penghasilan dan secara perlahan menata kehidupan baru.

Sebab, rumah hancur dan kini hidup di tenda pengungsian.

Abdullah, salah satu nelayan Desa Lero menuturkan bagaimana kondisinya.

Akibat gempa dan tsunami rumah dan alat tangkap yang dimilikinya hilang tanpa bekas. Tidak ada lagi yang tersisa.

“Kini saya dan keluarga harus memulai dari nol lagi. Harus bertahap memang. Tidak bisa tidak, mesti dilalui. Tinggal kuncinya ada di pemerintah daerah. Jika ditanya apakah kami sudah siap bekerja dan kembali melaut, kami jawab iya karena mau sampai kapan kami begini,” tutur Dullah.

Bagi Dullah bencana alam 28 September 2018 menyisakan banyak cerita duka selamat dari terjangan tsunami dengan hanya baju di badan.

Bersama keluarga kini hidup di tenda pengungsian Lapangan Sanggola, Dusun 01 Pompaya, Desa Lero.

Hal yang sama dituturkan Aspar, nelayan dari Desa Tanjung Padang Kecamatan Sirenja.

Jangankan rumah, perahu, mesin ketinting serta perlengkapan alat tangkapnya tidak terselamatkan.

“Syukurlah, Alhamdulilah kami masih selamat dari bencana kemarin,” katanya.

Pemerintah daerah diminta gerak cepat fokus kerja pemulihan ekonomi warga korban.

Hal demikian dimaksudkan agar dapat menjadikan ekonomi warga mulai tumbuh kembali, sebut Masykur.

KEHILANGAN ALAT MESIN PERTANIAN

Sementara itu, sejumlah petani di Kabupaten Donggala mengalami kekurangan alat pengolahan lahan pertanian.

Alat pertanian seperti handtractor tidak bisa lagi dioperasikan karena rusak ditimpa bangunan akibat bencana gempa dan tsunami pada Jumat (28/11/2018) lalu.

Mohamad Rum Yojolome, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Tanjung Padang mengatakan, saat ini petani masih berhitung untuk mengolah sawah karena terkendala dengan tidak adanya handtractor yang bisa digunakan.

Handtractor yang ada sudah rusak. Tidak bisa digunakan karena rusak.

Dalam penjelasannya, Mohammad Rum mengatakan, mengenai hambatan yang dialami petani setelah bencana gempa dan tsunami.

“Secara umum itu hambatan utama petani di Kecamatan Sirenja, sehingga keinginan untuk kembali turun ke sawah masih menunggu respon dari pemerintah daerah. Harapannya bisa segera disahuti,” sebut Mohamad Rum.

Mengenai hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Donggala diharapkan dapat segera menyahuti desakan petani.

Jangan sampai kesediaan petani untuk bangkit keluar dari situasi duka bencana selangkah lebih maju dibanding kesiapan Pemda menjalankan program pemulihan secara bertahap, tegas Masykur.

“Jika demikian maka hal seperti itu akan memperlambat daerah ini bangkit, terutama di soal tahapan mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi warga. Ini yang harus disegerakan, sudah harus didorong mulai ada proses transaksi di pedesaan,” kata Masykur.

Terkait bantuan alat mesin pertanian, Masykur mendesak pemerintah setempat, melalui dinas terkait untuk segera melakukan percepatan realisasi pelaksanaan program.

“Sebab, memang kondisinya memaksa kita melaksanakan hal tersebut, ini demi dan untuk kemaslahatan warga,” tegas Masykur. CAL

Komentar