SultengTerkini.Com, JAKARTA– Politikus Partai Gerindra Fadli Zon menyebut pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang RUU APBN 2021 kurang realistis. Kantor Staf Presiden (KSP) menyebut Jokowi telah mengkalkulasi dan memikirkan banyak faktor dalam memberikan target.
“Saya kira dalam merumuskan target itu Presiden sudah memikirkan banyak faktor, dan saya kira sudah dikalkulasi dengan saksama,” ujar Tenaga Ahli Utama KSP Donny Gahral Ardian saat dihubungi Sabtu (15/8/2020).
Dia menuturkan target yang dibuat telah dibahas dengan melibatkan pakar ekonomi, sehingga tak ada yang perlu dirisaukan.
“Membuat target itu tidak main-main, melibatkan banyak pakar, banyak ekonom, dan orang-orang yang memang mumpuni dalam menganalisa perekonomian makro. Jadi tidak ada yang perlu dirisaukan,” ujar dia.
Donny mengatakan pemberian target merupakan hal yang biasa. Menurutnya, target ini diberikan untuk memberikan tambahan motivasi dan semangat.
“Target itu ya, selain itu adalah sesuatu yang harus dicapai, itu juga memberikan kita semangat. Kalau kita beri targetnya kecil, ya motivasinya kecil. Kalau targetnya itu cukup besar, motivasinya juga besar,” kata Donny.
Selain itu, Donny menilai saat ini merupakan momen untuk melakukan transformasi secara fundamental. Donny menuturkan peningkatan ekonomi juga dapat mudah dilakukan bila RUU Cipta Kerja diselesaikan.
“Momentum saat ini adalah momentum kita transportasi secara fundamental, untuk melakukan lompatan yang cukup signifikan buat kita lebih baik ke depan,” kata Donny.
“Kita juga mendapatkan hadiah karena banyak perusahaan dari yang di China dan di tempat lain itu merelokasi Indonesia, ditambah lagi kalau kemudian kita menyelesaikan RUU Cipta Kerja, Omnibus Law, maka kita punya ekosistem yang cukup baik dari investasi pekerja dan ujungnya adalah pertumbuhan ekonomi,” sambungnya.
Sebelumnya, Fadli Zon kembali melontarkan kritik kepada Presiden Jokowi, yang kali ini terkait pidato kenegaraan tentang RUU APBN 2021 saat sidang tahunan MPR-DPR. Fadli Zon menyebut pidato Jokowi kurang realistis.
“Di tengah ancaman pandemi serta resesi ekonomi yang masih akan terus berlangsung, kita sebenarnya ingin mendengarkan pidato kenegaraan yang dekat dengan kenyataan. Hanya dengan mendekati realitas, kita akan bisa mencari jalan keluar tepat untuk mengatasi krisis yang tengah berlangsung,” kata Fadli dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/8).
Harapan Fadli dapat mendengarkan pidato Jokowi yang realistis tak terpenuhi, sehingga dia menilai pidato Jokowi kurang realistis dengan kenyataan yang ada.
“Sayangnya, harapan itu tak terpenuhi. Pidato kemarin kurang realistis. Satu hal paling mencolok adalah soal target pertumbuhan ekonomi. Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan tahun depan ada pada kisaran 4,5-5,5 persen,” ujar Fadli.
“Di tengah pandemi, itu adalah target yang tak masuk akal. Apalagi, selama kuartal kedua 2020 kemarin, pertumbuhan ekonomi kita anjlok hingga minus 5,32 persen,” sambungnya.
(sumber: detik.com)