SultengTerkini.Com, PALU– Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng), Abdul Madjid Ikram mendorong pelaku usaha menerapkan konsep 3A agar usahanya bisa bertahan dan sukses di era pandemi Covid-19.
Konsep 3A adalah Adjustment, Accelerative dan Agile. Apa itu?.
Abdul Madjid menjelaskan, pelaku usaha harus mampu menerapkan adjustment atau pengaturan. Pengaturan disini maksudnya adalah pelaku usaha tidak boleh lagi berbisnis seperti masa lalu saat pandemi Covid-19 belum terjadi.
“Kita harus bersiap untuk back to the future, dimana kita menjalankan bisnis dengan mengikuti kenormalan baru yang mengedepankan pemanfaatan teknologi digital dan protokol kesehatan,” jelas Abdul Madjid Ikram saat temu responden 2020 bertajuk managemen keuangan di masa pandemi yang berlangsung secara digital, Rabu (25/11/2020).
Kedua, sambungnya, bisnis juga harus accelerative. Dibutuhkan berbagai inovasi baru untuk terus bertumbuh. Kita dapat menyesuaikan produk yang dibutuhkan di era kenormalan baru, seperti produk makanan kemasan yang tahan lama dan terjamin higienitasnya.
“Contohnya di beberapa daerah, telah dikembangkan gudeg, empal gentong, dan rendang dalam kemasan kaleng,” sebut Abdul Madjid.
Ketiga, UMKM dan pebisnis juga harus agile dengan memanfaatkan peluang baru yang didapat dari kemajuan teknologi. Pemanfaatan teknologi digital secara optimal merupakan salah satu kunci.
“Sebagai contoh, jejak digital (digital footprint) dari operasional dan transaksi bisnis dapat menjadi ‘asset tak berwujud’. Track record tersebut merupakan komponen utama dalam proses credit scoring ketika mengakses pembiayaan. Di samping itu, data dan informasi dari jejak digital dapat dimanfaatkan untuk menyusun strategi pemasaran dan pengembangan produk,” jelas Abdul Madjid.
Berdasarkan analisis dari Redseer, sambung Abdul Madjid, akses internet di Indonesia sudah mencapai 180 juta jiwa. Dari data itu, pengguna jasa online tercatat sebesar 58 persen dan pembelian secara online tercatat 36 persen.
Menurut Abdul Madjid Ikram, perkembangan pandemi Covid-19 belum dapat dipastikan berakhir dan benar-benar pulih, sehingga menuntut untuk beradaptasi di masa pendemi sekaligus menjadikannya sebagai peluang.
Bagi usahawan Sulteng, transaksi non tunai saat ini cukup baik. Sampai Oktober 2020, transaksi non-tunai telah mencapai Rp 80,1 triliun.
Selain itu, perkembangan penggunaan Quick Response Indonesia Standard atau QRIS cukup pesat yang tercatat ada 25.050 merchant yang terdaftar.
“Bank Indonesia Perwakilan Sulteng terus berkomitmen menjaga kelancaran sistem pembayaran, baik itu tunai maupun non-tunai. Bank Indonesia juga turut serta untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan memastikan uang yang higienis beredar di tengah masyarakat, serta mendorong masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan transaksi nontunai,” terang Abdul Madjid Ikram.
Temu responden 2020 bertajuk managemen keuangan di masa pandemi dilaksanakan via zoom, Rabu (25/11/2020) pagi.
Kegiatan tersebut dihadiri Prita Ghozie, CEO ZAP Finance, Tania Larasati, seorang mom-preneur, presenter TV One Andromeda Mercury serta Stand Up Komedian, Ichal Kate. GUS