Satu Dasawarsa OJK; Mengenal Inklusi Keuangan, Bangkitkan Ekonomi Nasional

-Utama-
oleh

AKSES keuangan merupakan hak dasar bagi seluruh masyarakat, dan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

OLEH : M RAIN DALING *)

Berkenaan dengan hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Industri Jasa Keuangan (IJK) menginisiasi sebuah kegiatan yang diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan itu disebut Bulan Inklusi Keuangan (BIK) dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan.

BIK merupakan merupakan inisiatif yang selaras dalam upaya mendukung Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), terutama dalam mendorong pencapaian tingkat inklusi keuangan di Indonesia.

Inklusi keuangan juga telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (PJOK) Nomor 76 /POJK.07/2016 tentang peningkatan literasi dan inklusi keuangan di sektor jasa keuangan bagi konsumen dan/atau masyarakat.

Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan, serta kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan.

Setidaknya ada empat tujuan inklusi keuangan. Pertama, untuk meningkatkan akses masyarakat pada suatu produk, lembaga atau layanan jasa keuangan.

Kedua, untuk menyediakan produk atau layanan jasa keuangan PUJK (Pelaku Usaha Jasa Keuangan).

Ketiga, meningkatkan produk atau layanan jasa keuangan yang bisa disesuaikan dengan kemampuan dan keperluan masyarakat luas.

Keempat, demi meningkatkan kualitas produk serta layanan jasa keuangan.

Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan menjadi agenda nasional, dan dilakukan secara berkesinambungan pada Oktober setiap tahunnya di seluruh wilayah Indonesia.

BIK DARI TAHUN KE TAHUN

Pada 2016, OJK dan IJK menginisiasi BIK dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk dan jasa keuangan serta akselerasi penambahan rekening produk dan jasa keuangan.

Kegiatan tersebut dilaksanakan sepanjang Oktober 2016. Dan sebagai puncak kegiatan Bulan Inklusi Keuangan, dilakukan “Kampanye Ayo Menabung” yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada 31 Oktober 2016.

Kemudian, pada Oktober 2017, kegiatan yang sama juga dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut pencanangan Kampanye Ayo Menabung, serta untuk mendorong percepatan pemenuhan kebutuhan layanan keuangan.

Kegiatan inklusi keuangan kali ini, melibatkan seluruh industri jasa keuangan dan stakeholders terkait secara terintegrasi, masif dan berkelanjutan.

Pada Oktober 2018, OJK dengan menggandeng BRI, kembali merayakan Bulan Inklusif Keuangan dengan tema “Semua Inklusi, Perlindungan Pasti”.

Dalam kegiatan tersebut, OJK meluncurkan empat program inklusi keuangan dan perlindungan konsumen, yakni: pertama, Simpanan Pelajar (SimPel dan SimPel iB) Goes to School. Kedua, Simpanan Mahasiswa dan Pemuda (SiMuda): Tabungan bagi kelompok usia 18- 30 tahun dengan dilengkapi fitur asuransi dan/atau produk investasi.

Ketiga, Reksa Dana Syariahku (SAKU): Program investasi syariah untuk pelajar dan mahasiswa, berupa produk reksa dana syariah dengan persyaratan yang mudah dan sederhana. Keempat, Reksa Dana Mini Mart: Penjualan reksa dana melalui jaringan minimarket.

Setahun kemudian, OJK meluncurkan program Sinergi Aksi Indonesia Menabung, sebagai puncak kegiatan Bulan Inklusi Keuangan 2019 di Jakarta pada 19 Oktober.

Program tersebut, salah satu implementasi dari diterbitnya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2019 tentang Hari Indonesia Menabung yang diperingati setiap 20 Agustus.

Aksi ini melibatkan OJK, BI, LPS dan Lembaga Jasa Keuangan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menabung untuk investasi, perlindungan dan masa depan. Aksi Indonesia Menabung bertujuan untuk mewujudkan kepemilikan rekening oleh seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program telah dimulai seperti kepemilikan rekening oleh seluruh pelajar, atau “One Student, One Account”.

“Kegiatan Bulan Inklusi Keuangan diharapkan mampu mendorong keterbukaan akses keuangan bagi masyarakat. Masyarakat secara terbuka dapat memperoleh informasi terkait produk dan layanan keuangan, serta memanfaatkan produk keuangan yang dibutuhkan seperti untuk menabung ini,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara dalam sambutannya kala itu.

Sebagai puncak Bulan Inklusi Keuangan 2019, diselenggarakan “FinEXPO & Sundown 2019” dengan tema “Sinergi Aksi dalam Mewujudkan Inklusi Keuangan untuk Semua dan Perlindungan Konsumen yang Optimal” dan tagline “Gapai Puncak Inklusi, Perlindungan Makin Pasti”.

Kegiatan ini dilaksanakan pada 17-20 Oktober 2019 di Mall Kota Kasablanka, Jakarta dengan melibatkan seluruh sektor industri jasa keuangan, baik perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, pegadaian, lembaga pembiayaan dan fintech.

Kegiatan “FinEXPO & Sundown Run 2019” merupakan bentuk komitmen serta dukungan dari seluruh stakeholders untuk meningkatkan inklusi keuangan dengan memantapkan kepercayaan konsumen terhadap produk dan layanan jasa keuangan.

BIK DALAM KONDISI PANDEMI

Perayaan Bulan Inklusif Keuangan (BIK) 2020, Indonesia sedang dilanda bencana wabah Virus Disease 2019 (Covid-19) atau Corona.

Kendati demikian, OJK mencatat partisipasi masyarakat dalam kegiatan BIK pada Oktober 2020 tetap tinggi, meski kebanyakan kegiatan dilakukan secara virtual sesuai protokol kesehatan.

Kala itu, Anggota Dewan Komsioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan, keterbatasan interaksi sosial akibat pandemi Covid-19 tidak mengurangi esensi maupun semangat inklusi keuangan.

“Capaian yang melampaui target dan mampu menjangkau beragam lapisan masyarakat yang lebih luas,” ucapnya saat penutupan BIK 2020 secara virtual, Kamis (5/11/2020).

Kegiatan BIK 2020 digelar sebulan penuh bersama kementerian/lembaga, Lembaga Jasa Keuangan (LJK), dan e-commerce, dengan tema “Satukan Aksi Keuangan Inklusif untuk Indonesia Maju (AKSESKU)”.

Kegiatan BIK 2020 melalui portal www.bik2020.id yang dilengkapi dengan fitur virtual booth exhibition, BIK theater, BIK stage, dan BIK showbiz.

Sampai dengan berakhirnya kegiatan BIK 2020, website tersebut telah dikunjungi oleh 27.090 pengunjung. Sebanyak 513 kegiatan digelar, dengan total 42.644 peserta.

Kegiatan mencakup sosialisasi tatap muka dan virtual (webinar), pembukaan rekening, penyaluran kredit/pembiayaan mikro, business matching, pengukuhan TPAKD, peluncuran program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR), serta publikasi program literasi dan inklusi keuangan secara masif.

Pada BIK 2020, pembukaan rekening tabungan capai 789.025 rekening dengan nominal Rp 35,51 triliun. Sedangkan pembukaan khusus tabungan pelajar, tercatat 825.272 rekening dengan nominal Rp 300,67 miliar atau melebihi target sebanyak 500 ribu rekening.

Selain itu, terdapat 44.758 pembukaan polis asuransi, 41.142 rekening efek baru, 92.672 debitur perusahaan pembiayaan, 10.667 rekening sektor pergadaian, dan 82.135 akun di sektor fintech.

BIK 2020 juga diluncurkan Aplikasi Online Titik Akses Penyedia Jasa Keuangan (LOKASIKU) yang dikembangkan oleh OJK bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB).

LOKASIKU merupakan aplikasi online berbasis teknologi geospatial yang berfungsi sebagai penyedia informasi layanan akses keuangan terlengkap di Indonesia.

BIK PERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI

Dalam kondisi pandemi Covid-19, inklusi keuangan memiliki peranan penting dan strategis untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.

“Dengan kegiatan Bulan Inklusi Keuangan, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, Selasa (28/9/2021).

BIK sebagai salah satu upaya mendekatkan masyarakat dengan produk dan layanan keuangan.

“Dengan semakin terbukanya akses keuangan masyarakat, penggunaan produk dan layanan keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan akan meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Tirta.

Meski masih dalam kondisi pandemi Covid-19, pelaksanaan BIK 2021, tetap mendapat tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi.

BIK 2021 secara terintegrasi, masif dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia selama sebulan penuh, 1-31 Oktober 2021, dengan tema “Inklusi Keuangan Untuk Semua, Bangkitkan Ekonomi Bangsa”.

BIK 2021, berhasil melakukan 2.183 kegiatan di seluruh Indonesia dengan total peserta sebanyak 1.348.488.

Ribuan kegiatan dengan jutaan peserta itu, mencakup kegiatan sosialisasi tatap muka maupun virtual (webinar), pembukaan rekening, penyaluran kredit/pembiayaan mikro.

Lalu, business matching, pengukuhan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), serta publikasi program literasi dan inklusi keuangan secara masif.

Bahkan, dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan, pembukaan rekening baru dari industri perbankan tercatat 2.008.165 rekening, dan penyaluran kredit/pembiayaan kepada 168.370 debitur.

Selain itu, terdapat 93.683 pembukaan polis asuransi, 330.000 rekening efek baru, 633.142  debitur perusahaan pembiayaan, 15.168 rekening sektor pegadaian, dan 58.452 akun di sektor fintech.

Pencapaian BIK 2021 di tengah situasi pandemi Covid-19 menjadi bukti nyata keberhasilan adaptasi tataran pola kerja, dan pola hidup yang dilakukan untuk mendorong akselerasi proses pemanfaatan produk serta layanan keuangan bagi masyarakat.

“Hal itu demi tercapainya target inklusi keuangan 90% pada tahun 2024,” kata Tirta dalam penutupan BIK 2021 secara virtual, Selasa (2/11/2021).

Tirta mengatakan, kegiatan BIK 2021 sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman serta penggunaan masyarakat terhadap produk dan atau layanan jasa keuangan untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Pelaksanaan BIK diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat pada sektor keuangan. Sehingga kata TIrta, dapat terwujud masyarakat Indonesia yang well literate dan financially inclusive, yaitu masyarakat yang memanfaatkan produk dan layanan keuangan sesuai kebutuhan dan kemampuannya, serta dapat menggerakkan kembali roda perekonomian di tengah kondisi pandemi Covid-19.

Melalui BIK 2021 ini diharapkan semakin memperkuat sinergi Kementerian/Lembaga untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Sebagai rangkaian BIK, kegiatan virtual FinExpo BIK 2021 melalui portal www.finexpo-bik2021.id, dilengkapi dengan fitur seperti virtual expo yang berisi berbagai promo dan program menarik untuk menambah daya beli masyarakat.

Kegiatan literasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pengetahuan keuangan, serta pemberian doorprize setiap hari khusus untuk pengunjung yang registrasi dan aktif mengunjungi booth pada FinExpo BIK 2021.

Sampai dengan berakhirnya kegiatan BIK 2021, portal FinExpo BIK telah dikunjungi oleh sebanyak 90.353 pengunjung.

Sebagai rangkaian kegiatan penutupan BIK 2021, dilakukan penyerahan SimPel Award sebagai bentuk apresiasi bagi bank peserta Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB), sekolah, individu, dan wilayah yang berpartisipasi aktif serta berkontribusi memberikan dampak positif dalam mendukung implementasi program SimPel/SimPel iB bagi seluruh pelajar di Indonesia.

Selain itu, disampaikan juga pengumuman pemenang Kompetisi Inklusi Keuangan (KOINKU) serta pengumuman best booth FinExpo BIK 2021.

LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN MENINGKAT

Berdasarkan data yang dirilis OJK pada 1 Desember 2020, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan OJK pada 2019 menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen.

Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016, yaitu indeks literasi keuangan 29,7 persen dan indeks inklusi keuangan 67,8 persen.

Dengan demikian dalam tiga tahun terakhir terdapat peningkatan pemahaman keuangan (literasi) masyarakat sebesar 8,33 persen, serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 8,39 persen.

Survei SNLIK OJK 2019 mencakup 12.773 responden pada 34 provinsi dan 67 kota/kabupaten dengan mempertimbangkan gender dan strata wilayah perkotaan/perdesaan.

Tirta mengatakan, pihaknya menargetkan inklusi keuangan di Indonesia mencapai 90 persen pada akhir 2024. “Tentunya, kolaborasi antarpihak akan dilakukan untuk mencapai target tersebut,” kata Tirta.

Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan serta pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan.

Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ***

*) Penulis adalah Wakil Pemimpin Redaksi sultengterkini.id. Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Artikel dan Foto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk Jurnalis 2021, Tema: Satu Dasawarsa OJK Mengabdi Untuk Negeri.

Komentar