SIGI– Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengajak pemuda di daerah itu untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana memasarkan produk yang mereka hasilkan.
“Media sosial sebagai salah satu platform digital harus digunakan oleh pemuda, sebagai sarana kreativitas dalam meningkatkan usaha,” kata Ketua Kadin Kabupaten Sigi Harri Ramdhani, di Sigi, Sabtu (29/10/2022), sekaitan dengan momentum Sumpah Pemuda.
Obhy sapaan akrab Harri Ramdhani mengatakan, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi saat ini menjadi satu peluang besar bagi pemuda untuk berekspresi dan berinovasi memulai dan mengembangkan usaha.
“Kita hidup di era disrupsi, di mana kehadiran teknologi informasi dan komunikasi mampu merubah gaya hidup masyarakat, bahkan media sosial menjadi satu ketergantungan masyarakat di era ini,” ucap Obhy.
Obhy adalah salah satu warga Sigi yang terdampak gempa 28 September 2018 silam, yang kini memiliki kafe di Kota Palu bernama Pipikoro Coffe And Roastery.
Dia memulai usaha kopi pada tahun 2019 pascagempa dan likuefaksi menimpa Kabupaten Sigi. Usaha itu dimulai dari rumahnya di Desa Mpanau, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi.
Saat itu, pengelolaan kopi yang dilakukannya masih secara manual.
Dia memperoleh buah kopi dari petani kopi di Kulawi, Pipikoro, Palolo dan Tompu. Buah kopi yang diperoleh kemudian dipilah secara manual, kemudian diolah secara mandiri untuk menjadi biji kopi dan bubuk kopi robusta dan arabica.
Biji dan bubuk kopi yang diolahnya, lanjutnya, kemudian dipasarkan lewat media sosial Rp120 ribu – Rp 190 ribu/kilogram tergantung jenis kopi.
Walhasil usahanya berkembang pesat, hingga mengantar ia dan rekannya membangun Cafe Pipikoro Coffe And Roastery di Kota Palu pada Tahun 2021 hingga saat ini.
Tidak hanya sekadar kafe, tempat itu sekaligus menjadi rumah industri pengelolaan kopi dari buah menjadi biji dan bubuk.
“Dalam sehari produk mencapai 20-30 kilogram biji dan kopi, yang selanjutnya diorder ke pelanggan kami, ada 15 cafe yang berlangganan kopi di Cafe Pipikoro,” sebutnya.
Pengembangan usaha kopi yang dilakukannya, ditunjang dengan ketersediaan sarana dan mesin pengelolaan kopi yang memadai. Sehingga Cafe Pipikoro, selain sebagai tempat berdagang kopi, juga menjadi tempat pelatihan pengelolaan kopi.
“Saya ingin menyampaikan bahwa tak ada usaha dan itikad baik yang sia-sia, dibutuhkan kemauan dan keseriusan untuk mengembangkan diri, apalagi saat ini ada media sosial yang sangat membantu memasarkan produk,” ungkapnya. ANT
Komentar