PALU– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyatakan pasar tani sebagai salah satu strategi sebagai upaya menjaga stabilitas harga bahan pangan.
“Giat ini rutin kami lakukan sebulan dua kali untuk mengakomodasi petani memperdagangkan produknya,” kata Plt Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng, Ramdan Toampo ditemui di Palu, Jumat (20/1/2023).
Dia menjelaskan, menjaga stabilitas harga pangan perlu langkah-langkah konkret, salah satunya lewat giat ini karena harga produk langsung dari petani relatif lebih murah ketimbang sudah masuk pasar.
Oleh karena itu, langkah ini dinilai sangat membantu untuk mendekatkan petani kepada konsumen, khususnya petani yang memproduksi komoditas hortikultura.
“Langkah ini juga sebagai salah satu strategi Pemerintah Daerah (Pemda) supaya produk petani dapat terserap dengan baik di pasar,” ujar Ramdan.
Dia menuturkan, kegiatan pasar tani melibatkan kurang lebih 40 petani dan produsen pertanian, dan produk diperjualbelikan tidak hanya bahan baku, tetapi ada pula produk jadi atau olahan hasil pertanian.
“Mereka yang terlibat kegiatan ini kelompok tani binaan Dinas Ketahanan Pangan dan sejumlah mitra lainnya,” kata dia menambahkan.
Agenda rutin itu juga, sebagai bagian dari pemberdayaan petani dengan mendekatkan peluang pasar, sekaligus ajakan agar lebih meningkatkan produksi dan produktivitas untuk menopang ketahanan pangan daerah maupun nasional.
Termasuk pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bidang pertanian.
Dia menuturkan, Sulteng sebagai salah satu daerah yang memiliki kekuatan sektor pertanian, harus mampu memproduksi pangan berlimpah.
Selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, juga sekaligus menjadi salah satu daerah penopang pangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sebagai mana arah kebijakan Gubernur Sulteng.
“Kami tidak menghitung berapa perputaran uang di pasar tani. Selama ini mereka tidak pernah mengeluh, bahkan mereka meminta giat seperti ini lebih ditingkatkan,” kata Ramdan. ANT
Komentar