SultengTerkini.Com, TOLITOLI– Innalillahi wainna ilaihi rajiun, setelah dirawat selama beberapa hari di ruangan ICU RSU Mokopido Tolitoli, Sulawesi Tengah, Slamet alias memet, pria sebatang kara itu menghembuskan nafas terakhirnya pada Ahad (17/9/2017) sekira pukul 18.40 Wita. Memet meninggal dunia pada usia 59 tahun.
“Sejak dirawat selama 11 hari di ruang ICU, almarhum Slamet kondisinya sangat menurun,” ujar Widi Widiastuti, salah satu penggiat sosial kepada SultengTerkini.Com, Senin (18/9/2017).
Ia mengatakan, pria sebatang kara itu dievakuasi ke rumah sakit setempat oleh warga akibat didiagnosa penyakit penyempitan jantung yang dideritanya.
Semasa hidup, almarhum menceritakan kehidupannya, dimana dia merantau ke Kabupaten Tolitoli tahun 1994 ikut program transmigrasi bekerja sebagai tukang becak dan biasa mengantar jemput para pelanggannya yang rata-rata merupakan pelajar.
Pekerjaannya itu almarhum lakoni sebelum meninggal dunia.
Pria kelahiran Bekasi, Jawa Barat itu mengaku, di umurnya yang sudah memasuki setengah abad itu mengeluhkan kondisi kesehatannya yang menurun dikarenakan faktor usia.
Ia mengaku tidak bisa lagi seperti dulu yang kuat mengayuh becak, seperti pada saat awalnya datang ke daerah berjuluk Kota Cengkeh ini.
Dengan kondisi masih lemah dan terbaring dengan tangan terinfus, dirinya sangat berterima kasih kepada warga yang sudah mengantarnya ke RSU meskipun tidak ada hubungan keluarga.
“Saya bingung pak. Saya tidak punya biaya masuk disini karena saya tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat, makanya dengan belas kasihan dari beberapa donatur akhirnya saya bisa dirawat,” ucapnya saat diwawancarai SultengTerkini.Com.
Memet menambahkan, dirinya masih bingung dengan biaya selama perawatannya di RSU Mokopido.
Pantauan SultengTerkini.Com di RSU Mokopido Tolitoli usai disalatkan, sejulmlah guru, para dermawan serta penggiat sosial kemudian mengantar jenazah almarhum Slamet alias Memet ke tempat peristirahatannya yang terakhir di Pekuburan Umum Islam Bombolayang Kelurahan Baru. SBR
Komentar