SultengTerkini.Com, PALU– September 2017 di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) terjadi deflasi sebesar 0,13 persen dengan menempati urutan ke 8 dan termasuk deflasi tertinggi di kawasan Sulampua dan ke 21 secara nasional.
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng Faizal Anwar yang didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, Mohammad Wahyu kepada sejumlah jurnalis di aula kantornya, Senin (2/10/2017).
Faizal Anwar mengatakan, selama September 2017, Kota Palu mengalami deflasi yang dipicu dari 10 komoditas yakni, tomat buah 0,08 persen, ikan ekor kuning sebesar 0,08 persen, bawang merah 0,07 persen, cabai rawit 0,06 persen, ikan layang 0,04 persen, batako 0,03 persen, ikan kembung 0,02 persen, tomat sayur 0,02 persen, telur ayam ras 0,02 persen, pisang 0,02 persen.
“Perkembangan deflasi selama tiga tahun yakni bulan September 2017 sebesar 0,13 persen merupakan satu-satunya yang terjadi dibandingkan periode September 2015 dan September 2016 dengan inflasi masing-masing sebesar 0,12 persen dan 0,59 persen,” ujar Faizal Anwar.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, Mohammad Wahyu, laju inflasi tahun kelender hingga September 2017 sebesar 4,61 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 sebesar 5,36 persen.
Adapun perbandingan inflasi/deflasi nasional dan di kawasan Sulampua dari 82 kota pantauan IHK nasional, sebanyak 50 kota mengalami inflasi. Sementara 32 kota lainnya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 1.59 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Manado sebesar 1,04 persen.
Kota Palu mengalami deflasi sebesar 0,13 persen menempati di urutan ke 8 deflasi tertinggi di kawasan Sulampua dan ke 21 secara nasional. SAH
Komentar